Siapa tidak mengenal benda yang satu ini. Mayoritas manusia mengenalnya. Kecuali bayi yang masih kecil. Ya pasti, bayi masih kecil....
Sabun itu begitu besar manfaatnya bagi manusia. Sabun adalah salah satu benda pembersih ketika mandi. Sabun dapat membantu membersihkan tubuh manusia yang semula kotor. Sabun juga bisa menyehatkan karena dapat membunuh kuman yang menempel di kulit manusia. Sabun juga menambah keharuman tubuh bagi pemakainya. Bahkan sabun juga membuat tubuh terasa segar dan  nyaman ketika sesudah mandi.
Dibalik manfaat sabun yang besar tersebut, ternyata masih ada orang yang tidak suka. Yaitu orang yang "busuk" kulitnya atau sakit kulit, atau paling tidak kulitnya terluka. Sabun menimbulkan rasa "perih" baginya. Sehingga, orang yang busuk kulitnya, sakit atau luka, pasti akan menjauhi pemakaian sabun hanya karena takut "perih" sesaat.
Dari uraian tentang sabun diatas bisa diambil kesimpulan bahwa "Sabun tidak akan membuat perih kecuali bagi orang yang "kulitnya busuk".
Gambaran diatas ternyata bisa dianalogikan dalam dunia dakwah. Menurut ahli hikmah, keberadaan sabun tak ubahnya seperti nasihat, petuah atau ceramah.
Suatu nasihat, biasa juga disebut petuah, ular-ular, mauidzoh hasanah, tausiyah, atau ceramah, itu sangat besar manfaatnya bagi manusia. Bagi seorang Muslim, semuanya termasuk amal ibadah yang besar pahalanya. Artinya, bagi orang yang mau mendengarkan ceramah agama, atau mauidzoh hasanah dan istilah lain diatas, akan mendapatkan pahala. Bahkan pahalanya setingkat dibawah ibadah fardhu dibanding dengan ibadah sunnah yang lain.
Disamping itu, dengan mengikuti kegiatan tersebut, seseorang akan bertambah ilmunya, semakin mantap imannya, semakin semangat dan sempurna ibadahnya, semakin lembut hatinya bahkan akan semakin baik karakter dan kepribadiannya.
Namun ternyata ada pula orang yang tidak suka dengan kegiatan tersebut. Mereka berusaha menghindar bahkan menjauh karena merasa "menyakitkan" bagi dirinya.
Menurut ahli hikmah, orang yang tidak suka mendengarkan nasihat yang baik menandakan "hatinya sakit" bahkan bisa jadi hatinya masih "busuk". Dia menghindar dan menjauh hanya karena dianggap menyakitkan baginya. Padahal jika dia mau, begitu besar manfaat baginya, baik bagi dunianya maupun akhiratnya. Sehingga menurut beliau, "Nasihat tidak akan menyakitkan, kecuali bagi orang yang hatinya busuk".
Wallahu'alam bishshowab. Semoga kita senang dengan nasihat yang baik sehingga hati kita tidak busuk. Aamiiii
Oleh Ki Purbo