Mohon tunggu...
Repan Efendi
Repan Efendi Mohon Tunggu... Guru - Repan Purba

Ki Purbo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sabun Perih

19 Februari 2021   06:47 Diperbarui: 19 Februari 2021   07:06 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa tidak mengenal benda yang satu ini. Mayoritas manusia mengenalnya. Kecuali bayi yang masih kecil. Ya pasti, bayi masih kecil....

Sabun itu begitu besar manfaatnya bagi manusia. Sabun adalah salah satu benda pembersih ketika mandi. Sabun dapat membantu membersihkan tubuh manusia yang semula kotor. Sabun juga bisa menyehatkan karena dapat membunuh kuman yang menempel di kulit manusia. Sabun juga menambah keharuman tubuh bagi pemakainya. Bahkan sabun juga membuat tubuh terasa segar dan  nyaman ketika sesudah mandi.

Dibalik manfaat sabun yang besar tersebut, ternyata masih ada orang yang tidak suka. Yaitu orang yang "busuk" kulitnya atau sakit kulit, atau paling tidak kulitnya terluka. Sabun menimbulkan rasa "perih" baginya. Sehingga, orang yang busuk kulitnya, sakit atau luka, pasti akan menjauhi pemakaian sabun hanya karena takut "perih" sesaat.

Dari uraian tentang sabun diatas bisa diambil kesimpulan bahwa "Sabun tidak akan membuat perih kecuali bagi orang yang "kulitnya busuk".

Gambaran diatas ternyata bisa dianalogikan dalam dunia dakwah. Menurut ahli hikmah, keberadaan sabun tak ubahnya seperti nasihat, petuah atau ceramah.

Suatu nasihat, biasa juga disebut petuah, ular-ular, mauidzoh hasanah, tausiyah, atau ceramah, itu sangat besar manfaatnya bagi manusia. Bagi seorang Muslim, semuanya termasuk amal ibadah yang besar pahalanya. Artinya, bagi orang yang mau mendengarkan ceramah agama, atau mauidzoh hasanah dan istilah lain diatas, akan mendapatkan pahala. Bahkan pahalanya setingkat dibawah ibadah fardhu dibanding dengan ibadah sunnah yang lain.

Disamping itu, dengan mengikuti kegiatan tersebut, seseorang akan bertambah ilmunya, semakin mantap imannya, semakin semangat dan sempurna ibadahnya, semakin lembut hatinya bahkan akan semakin baik karakter dan kepribadiannya.

Namun ternyata ada pula orang yang tidak suka dengan kegiatan tersebut. Mereka berusaha menghindar bahkan menjauh karena merasa "menyakitkan" bagi dirinya.

Menurut ahli hikmah, orang yang tidak suka mendengarkan nasihat yang baik menandakan "hatinya sakit" bahkan bisa jadi hatinya masih "busuk". Dia menghindar dan menjauh hanya karena dianggap menyakitkan baginya. Padahal jika dia mau, begitu besar manfaat baginya, baik bagi dunianya maupun akhiratnya. Sehingga menurut beliau, "Nasihat tidak akan menyakitkan, kecuali bagi orang yang hatinya busuk".

Wallahu'alam bishshowab. Semoga kita senang dengan nasihat yang baik sehingga hati kita tidak busuk. Aamiiii

Oleh Ki Purbo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun