Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Agroekologi, Menata Sistem Pangan Berkelanjutan dari Kekuatan Lokalitas

15 Juli 2023   12:07 Diperbarui: 22 Juli 2023   02:30 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para buruh penggarap melewati tanaman ubi yang digarap bersama-sama di salah satu lahan di wilayah Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (24/9/2020). (KOMPAS/Rony Aroyanto Nugroho)

Siklus gizi pun akan alami jika diperhatikan dengan seksama, contohnya ada sirkulasi berlanjut dan solutif baik untuk mengurangi limbah dan memaksimalkan ketersediaan gizi yang dipasok dari dalam tanah. 

Secara keseluruhan, agroekologi merupakan pendekatan yang berorientasi pada keselarasan dengan lingkungan dan kesejahteraan petani serta masyarakat secara sosial dan ekonomi. 

Maywa Montenegro, seorang peneliti post doktoral dari Departemen Lingkungan, Barkeley, Amerika yang memiliki ketertarikan penelitian di bidang agroekologi dengan publikasi berjudul Fertile Ground: Scaling Agroecology from the Ground Up, by Steve Brescia menyimpulkan tentang ekologi politik dalam praktik agroekologi selalu berhubungan, di mana para birokrat membuat berbagai keputusan, tindakan, dan apakah hal ini menjadi suatu harapan petani yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan lingkungan?

Meski demikian, terdapat kekurangan dalam analisis dan skalabilitas vertikal dalam agroekologi jika disandingkan dengan kepentingan politik. Karena keterlibatan masyarakatlah yang bergerak dan berfungsi dari agroekologi ini bukan politisi. 

Sumber gambar: dokumentasi pribadi
Sumber gambar: dokumentasi pribadi

Bagaimana mengembalikan keselarasan dengan masyarakat? 

Scott Guggenheim, seorang pakar pembangunan dari Amerika dalam bidang pembangunan internasional dan ilmuwan sosial untuk wilayah Asia Timur dan Pasifik di Bank Dunia. 

Scott juga merupakan penasihat kebijakan sosial senior untuk Program Kemitraan AusAID dan Indonesia. Dalam melihat pedesaan pada lanskap Indonesia, Scott memandang bahwa penataan pemerintahan lokal mencerminkan perjuangan kekuasaan budaya dan upaya mendapatkan akses kekuasaan. 

Penelitian di Indonesia ini bisa menjadi implikasi untuk pembangunan berbasis masyarakat dan itu sangat cocok dengan kultur masyarakatnya dan budayanya. Jadi, jelas bukan bahwa tradisi, budaya, serta lokalitas Indonesia memang tidak diragukan lagi kontribusinya. Hanya perlu penataan dan disesuaikan dengan kebutuhan zamannya, mengetahui hal seperti ini, mengapa harus mengeluarkan banyak biaya untuk hal-hal uji coba yang nyatanya belum tentu berhasil? 

Jelas-jelas kekuatan Indonesia dalam sistem pangannya adalah kekuatan kemasyarakatan yang tradisional dan komunal yang sudah dipraktikkan ratusan tahun, namun modernisme mengganti prinsip-prinsip kehidupan ini hingga mengubah tatanan sosial yang sudah tertata dan terbiasa dilakukan. 

Konsep agroekologi adalah tentang prinsip dan etika makan sesuai suku bangsanya, sesuai tradisinya serta penyesuaian lanskapnya. Itu sudah menjadi konsep ekologi yang teratur, jangan menjadi salah kaprah yang akhirnya menimbulkan dampak yang jauh merugikan, misalnya di daerah Jawa Barat cocoknya penanaman padi, itulah komoditas unggulannya, dan akan tidak cocok apabila ditanami gandum.

Begitu juga Indonesia Timur dengan sagu (Metroxylon sagu) di mana jika diubah menjadi padi, kecocokan ekosistemnya tidak akan seimbang dan menimbulkan banyak biaya untuk manajerialnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun