Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari Gastronomi 2023: 100 Artikel di Kompasiana tentang Fenomenologi Gastronomi

18 Juni 2023   22:55 Diperbarui: 18 Juni 2023   23:26 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : dokumentasi pribadi 

Setiap tanggal 18 Juni, beberapa negara merayakan hari gastronomi, ada yang merayakan dengan gastro politiknya untuk keadilan pangan dan budayanya, demonstrasi diet-diet terbaik menurut versi personalnya, memerangi konflik perebutan lahan untuk bercocok tanam, mempertahankan tradisi masa lampau dengan pelestarian masakan warisan budaya.

Bahkan ada yang melakukan aksi sosial, saya sendiri merayakan hari gastronomi dengan cara monolog dengan menggunakan 100 lebih artikel tentang gastronomi kontemporer dan antropologi pangan yang saya tulis di kompasiana sejak lama, memang tujuan saya menulis di kompasiana ini selalu bertemakan seputar ; gizi, gastronomi, antropologi pangan dan hal-hal yang menyangkut makanan, minuman dan penikmatnya. 

Dari beberapa artikel yang saya tulis saya diingatkan kembali bahwa gastronomi di Indonesia sendiri sudah tahap tidak dipedulikan, jadinya penikmat gastronomi cenderung membuat kelas-kelas sosial dan begitu saja sampai hal-hal tradisional diromantisasi dengan tipuan visual, faktanya gastronomi bisa dinikmati oleh orang-orang yang dengan sederhana mencicipi dan menikmati apa yang dimakannya, mengenai tradisi, ini bukan selebrasi.

Jadi apa yang dinikmati secara personal tidak patut dibuat justifikasi seperti "makanannya bukan level kita". Kita itu siapa ? adakah identitas sosial yang melekat sehingga dari apa yang dimakan pun bisa menurunkan sikap dan hubungan manusia dalam fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. 

Gastronomi adalah milik setiap orang dan golongan, karena secara personal gasttonomi susah ada dalam daya kecap setiap orang bahkan dari mulai lahir seorang bayi menikmati kolostrum dan Air Susu Ibu dan alternatifnya, hal itulah kajian gastronomi awal dari pengalaman bertumbuh sebagai manusia yang menikmati sajian pertama dan utama yaitu Air Susu Ibu, dengan kekuatan budaya yang mengarah pada akal budi, memberikan ASI adalah praktik dari tradisi menyusui dan setelahnya anak ini akan disapih dengan berbagai Makanan Pendamping ASI, sehingga kelak dewasa bisa lebih beragam dalam eksplorasi rasa yang tersaji dari berbagai olahan masakan berbagai komoditas pangan.

100 artikel yang saya tulis mengingatkan dan menyadarkan saya secara pribadi bahwa orang Indonesia sudah mempraktikan gastronomi dari sisi tradisi turun temurun yang diimprovisasikan lewat kreativitas sosial, sayangnya acuan menikmati hidangan masih berkiblat pada gaya penyajian sisa-sia bangsa Eropa yang diadopsi oleh kalangan bangsawan secara historis. Padahal di negara maju seperti Norwegia yang sudah menerapkan gastronomi modern, setiap orang justru harus setara dalam hak cita rasa. 

Sudahkah semua bangsa Indonesia dari berbagai golongan menikmati sajian bersantap sama seperti sajian kepala negara ? Jika sudah setara, maka tidak ada lagi kelas sosial, jika masih ada dan justru lebih parah, artinya ketimpangan sosial dengan multiproblematika memang masih ada dan inilah realita. 

Selamat merayakan hari gastronomi, semua orang dan kalangan berhak merayakannya dengan versinya masing-masing dan tidak perlu diadili hanya karena tidak sefrekuensi, ini soal selera, preferensi, dan tradisi, karena gastronomi adalah multidisipliner yang menerima semua unsur yang boleh dikaitkan satu sama lain. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun