Mohon tunggu...
Repa Kustipia
Repa Kustipia Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Gastronomist (Gastronome)

Membahas Gastronomi di @gastrotourism_academy Berhenti Menjadi Ahli Gizi (Nutritionist Registered) di tahun 2021. Bertransformasi Menjadi Antropolog Pangan dan Mengisi Materi Antropologi Pangan di Youtube : Center for Study Indonesian Food Anthropology Selengkapnya kunjungi tautan : https://linktr.ee/repakustipia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ngabutik Kalapa: Keahlian Tradisional Mengupas Kelapa yang Sering Dilakukan Oleh Perempuan Sunda

12 Juni 2023   00:00 Diperbarui: 12 Juni 2023   00:28 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : dokumentasi pribadi

Kebutuhan untuk komoditas kelapa, dimulai dari kelapa yang sudah tua digunakan untuk bahan baku kelapa parut yang menghasilkan santan walau sudah banyak beredar santan instan, namun untuk sajian makanan berkuah dan olahan daging berbumbu santan dadakan lebih diminati pembeli, selain rasanya lebih gurih, kematangan dan aromanya lebih harum dan menggugah selera, walaupun hanya dibuat sayur lodeh, tapi jika santannya bukan buatan atau awetan, menambah kenikmatan. 

Adapun kelapa muda dikenal dengan dewegan/dawegan/klamud (kelapa muda/degan) sering kali banyak diolah dengan campuran jeruk manis dan selasih untuk menikmatinya secara sederhana, atau dewegan murni (artinya air kelapa muda yang langsung dinikmati saja tanpa tambahan apapun), tambahan lainnya adalah gula aren dan kental manis. 

Ngabutik kalapa, adalah cara mengupas kelapa baik kelapa tua atau muda dengan menggunakan pisau atau bedog, biasanya dengan bedog lebih mudah dan cepat, keahlian ini biasanya dilakukan oleh laki-laki, namun ketika laki-laki tidak ada di rumah sedangkan perempuan harus mengolah masakan dan menikmati kelapa. 

Maka perempuan sunda pun mau tidak mau harus bisa dan ini tidak wajib, namun memang kesesuaian ekologis pedesaan mendukung akan keterampilan ngabutik kalapa ini, dengan membuang bagian kulit kelapanya dan meninggalkan batok kelapa utuh dengan isinya biasanya cara seperti ini bertujuan untuk meringankan kelapa jika didistribusikan dan dijual atau hanya ingin disimpan sehingga masih menggunakan kemasan aslinya. 

Dari keahlian tradisional manual inilah,maka ada renungan bahwa emansipasi (kbbi : persamaan hak dalam berbagai kehidupan) memang bisa selaras pada perbedaan peran, dari hal sederhana seperti ngabutik kalapa seperti ini saja sudah bisa melihat bahwa adanya kelenturan dalam kebebasan bertindak dimana hal ini seringkali diperkeruh dengan berbagai isu bahwa perempuan selalu terkungkung dalam batasan-batasan patriarki (kbbi : perilaku yang mengutamakan laki-laki daripada perempuan dalam masyarakat atau kelompok tertentu), nyatanya antara laki-laki dan perempuan dalam kenyataannya bisa saling berbagi peran bahkan menggantikan peran, hal yang tidak perlu diperdebatkan. 

Pernahkan mengupas kelapa sendiri ? atau maukan mencoba ngabutik kalapa ? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun