Bandrek adalah minuman tradisional yang terbuat dari gula merah, jahe, rempah-rempah, dan ditaburi kelapa parut sebagai topping untuk menambah cita rasa, disajikan dengan suhu panas atau hangat dan biasanya gelasnya menggunakan gelas dari batok kelapa, gelas enamel, gelas alumunium, atau bahkan menggunakan gelas apapun yang bisa tahan pahas.Â
Improvisasi bandrek tidak begitu variatif karena intisari menikmati bandrek adalah mendapatkan manfaat dari rasa hangat yang diberikan ketika disruput dan diminum habis, sehingga bandrek akan tetaplah sederhana tanpa ada topping macam-macam atau tambahan bahan-bahan lainnya. Tambahan yang biasa digunakan adalah kental manis jika ingin mendapatkan rasa "creamy" nan gurih.Â
Kata Bandrek adalah kata sebutan dari bahasa sunda kuna, sunda gunung, sunda bukit yang membuat minuman dari jahe sebagai penghangat, cibandreh (cai bandre), bandre merujuk pada jahe. Migrasi jenis minuman penghangat ini pun tersebar sehingga orang-orang sunda pun mengenal minuman yang terbuat dari jahe, gula merah dan rempah-rempah dikenal dengan sebutan bandrek hingga saat ini.Â
Karena minuman bandrek ini secara mayoritas selera menyebutkan enak, nikmat, dan cocok untuk suhu dingin sebagai penghangat, maka pada masanya minuman bandrek banyak disajikan jika menerima tamu, kolega, dan ketika era kolonial abad ke-19 dan 20, Indonesia khususnya daerah yang ada orang sundanya banyak berinteraksi dengan Bangsa Eropa terutama Belanda dan Inggris, dan beberapa cerita turun-temurun menyebutkan bandrek adalah minuman bereputasi tinggi karena adanya rempah-rempah yang ditambahkan. Itu dilihat dari perspektif bangsa Eropa yang tidak banyak memiliki aneka ragam rempah-rempah, dan untuk orang Indonesia sendiri rempah-rempahnya berlimpah sehingga minuman ini minuman biasa saja bahkan minuman konsumsi keseharian tidak menjadi minuman mewah.Â
Ketika, berkunjung ke Kampung Masyarakat Adat Sunda bandrek selalu tersaji sebagai minuman selamat datang/welcome drink yang disajikan untuk pengunjung. Hal ini adalah tradisi karena terbentuk dari kebiasaan orang sunda menikmati bandrek pada kesehariannya, fungsi tradisi adalah sebagai penghubung sosial dalam keakraban masyarakat atau antar individu.Â
Dari secangkir bandrek terciptalah obrolan baik untuk mengucapkan terimakasih sudah disajikan bandrek, atau mengatakan cita rasanya. Itulah pemantik komunikasi interaktif yang perlu dibiasakan sampai hari ini.Â
Sudah mencoba bandrek?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H