Dengan menyalurkan perasaan mereka ke dalam masakan, keduanya berusaha untuk menemukan jalan kembali satu sama lain, satu makanan rumahan pada satu waktu.
Kisah Ma dan Luan menyentuh hubungan ibu dan anak perempuan, pengalaman imigran Amerika, dan terjemahan cinta yang tak terucapkan ke dalam makanan mengubah cara pandang baru yang sering diabaikan dan terabaikan karena kesibukan masing-masing yang semakin hari anak semakin dewasa.
Begitu juga orangtua semakin hari semakin menua dan menuju tiada karena usia bahkan sudah mulai sakit-sakitan, dari fase inilah semuanya akan merasakan hal yang sama: Kehilangan momen, dimana hal-hal sederhanalah yang akan menjadi kenangan bahkan hidangan tak seberapa akan sangat berharga sekali. Bukan makanannya, melainkan dengan siapa menikmatinya dimana melalui masakan dan hidanganlah ekspresi yang tak terucap akan terasa.
Setidaknya ada empat hal atau momen yang bisa kita sorot dari film pendek animasi ini.
Pertama. Ma sebagai seorang ibu yang tetap menyajikan sarapan untuk Luan, walau malamnya sudah bertengkar hebat karena beda pendapat (Hal ini memang fase menjadi dewasa tanpa sesosok Ayah memanglah tidak mudah).
Hingga pada pagi harinya Luan tidak mau makan masakan ibunya, padahal ibunya menyiapkannya walau sedang bertengkar dan belum baikan, itulah cinta kasih seorang ibu. Dan momen inilah yang akan dirindukan Luan, ketika ibunya sudah tidak ada, Luan merindukan masakan ibunya.Â
Kedua. Seburuk apapun hubungan ibu dan anak, tetaplah menjadi ibu tidaklah mudah, menebak cita rasa kesukaan anaknya yang semakin hari semakin dewasa dan menyesuaikan dengan cita rasanya sendiri, bisa saja Ma mengorbankan cita rasanya pada masakan kesenangannya demi Luan, agar Luan bisa menikmatinya.Â
Keempat. Luan yang bertambah dewasa yang semakin sibuk dengan kegiatan dan pencapaian karir yang dengan perjuangan keras (terlihat beberapa cuplikan penghargaan yang diraihnya), membuat Luan lupa akan keberadaan ibunya di rumah yang sedang berulang tahun, tidak seperti Luan ketika kecil yang selalu memberikan ucapan selamat ulang tahun dengan kado terindah yang Luan gambar sendiri berubah gambar Luan, Ibu, dan balon.
Kali ini Luan lupa dan mementingkan kesibukan duniawinya karena karir. Ketika Luan pulang, ibunya yang sedang memasak sup, tergeletak dan dibawa ke Rumah Sakit sehingga diharuskan dirawat, Luan merawatnya hingga ibunya tiada.Â
4. Setelah kepergian ibunya Luan, Luan pun memiliki seorang putri yang sangat cantik, dan Luan hanya menangis di dapur sambil memasak, karena mengenang momen hidupnya bersama ibu Luan yang telah tiada yang selalu dihabiskannya didapur: Bercanda, diajarinya memasak, bermain, bahkan bertengkar hingga menikmati kembali hidangan di dapur, aroma masakan terselimuti kasih sayang keduanya bahkan masakan ibunya luan adalah simbol rasa sayangnya pada anaknya.
Luan pun bersedih, namun anaknya adalah penyemangatnya, di mana Luan harus mencontoh kasih sayang ibunya dan harus tetap semangat dan ceria menghadapi anaknya.Â