Mengapa hal-hal yang menyangkut warisan budaya, tradisi yang terkesan mewah, dan hal-hal yang memiliki esensi good vibes---kalau kata gen Z yang menjelaskan suasana positif---datangnya dari budaya barat.Â
Apakah hari ini untuk menjelaskan pikiran, perspektif dan hal-hal yang dianggap maju harus berkiblat kembali pada tradisi mereka di mana bila diuraikan dari sistem pangan bagian distribusi dan konsumsi betapa panjangnya dan berdampak pada segala hal termasuk pada pertanian dan lingkungan?
Mari bayangkan sejenak untuk bisa menikmati tradisi afternoon tea ala Kerajaan Inggris dan ketika datang ke Asia, lebih tepatnya ke Indonesia, jadi seperti ini jika dijiplak habis-habisan:Â
Tehnya didatangkan dari Inggris, sedangkan Inggris sendiri menerima tehnya dari hasil Impor (data CBI EU atau Center for the Promotion bagian impor pangan, menuliskan 90% teh yang diminum di Inggris Raya adalah teh hitam yang diproduksi di negara-negara Afrika Timur, terutama negara Kenya. Hampir semua orang Inggris meminum teh hitam dengan susu baik ditambahkan gula atau tidak). Setelah dari Inggris dikirim ke Asia dan Ke Indonesia. Kapan minum tehnya? Panjang sekali, bukan?
Tradisi Afternoon Tea di InggrisÂ
Dikutip dari Situs Afternoon Tea, dijelaskan secara singkat bahwa menikmati teh di sore hari (Afternoon tea)Â adalah ritual terkait teh, yang diperkenalkan di Inggris pada awal tahun 1840-an dan terus berkembang ditemani dengan sajian makanan-makanan manis yang berbentuk mini, tujuan menyajikan makanan mini ini untuk menghindari rasa lapar dan antisipasi makan malam yang biasanya dilakukan pada jam 8 malam di Inggris.Â
Ulasan Singkat Afternoon Tea di InggrisÂ
Sejarah Afternoon tea pernah ditulis oleh Sejarawan pangan Dr. Julia Skinner dengan judul bukunya Afternoon Tea : A History, singkatnya buku ini menceritakan tradisi menikmati teh di sore hari untuk mengeksplorasi perkembangan hidangan teh, menyajikan kisah populer pertemuan sore Duchess of Bedford (ini merupakan gelar kebangsawanan) untuk menemukan makanan yang menginspirasi teh sore hari itu.Â
Dr. Julia Skinner dengan hati-hati memisahkan fakta dan pengetahuan seputar jamuan tersebut dan menempatkan tradisi ini dalam konteks sejarahnya.
Yang dibahas dalam buku ini secara singkat tentang etiket minum teh dan melihat konteks sosial yang memungkinkan untuk sesuatu yang menjadi populer terhadap tradisi.
Sebagai sejarawan pangan, Skinner melihat adanya subkelompok kecil pada populasi penikmat teh dan mendapatkan datanya dari akhir abad ke-20 dan 21.
Singkatnya, Afternoon tea pada definisi perkembangannya merupakan makanan yang muncul selama ekspansi paling agresif yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris, dan dengan demikian menjadi makanan yang diangkut ke benua baru dengan pasukan kolonial.Â