Mohon tunggu...
Reo Donovan
Reo Donovan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Catatan untuk Dahlan Iskan dan Jawa Pos

1 November 2015   12:27 Diperbarui: 1 November 2015   14:03 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dahlan Iskan-Sumber:Dahkan Iskan Way"][/caption]

 

Apa kabar Abah?

Sudah lama sekali saya tidak mengikuti kiprah Dahlan Iskan sejak beliau berhenti menjabat sebagai menteri BUMN. Bahkan peristiwa dijadikan tersangka saya juga tidak intens mengikuti. Tapi ada peristiwa yang tidak sengaja saya baca, membuat ingatan akan "mimpi buruk" terhadap Jawa Pos muncul kembali. Inilah yang membuat saya menulis ini. Mohon berkenan Abah.

 Peristiwa Sumber Waras yang melibatkan Ahok sangat ramai saat ini. Kebetulan saya membaca twitter Iwan Piliang. Sebuah pemikiran uda Iwan yang sangat mengecewakan. Masih teringat akan tulisan Iwan Piliang di kasus Tranfer Pricing. Beliau mengatakan bahwa Tranfer pricing lebih heboh dari kasus pajak Gayus. Tapi kemudian tidak terdengar lagi kicau uda Iwan. Sempat timbul pemikiran atau tepatnya curiga. Tapi sudahlah. 

 Ini awal mula saya sangat terganggu akan komentar Iwan Piliang.

Salah apa Kompas? Media yang jelas tidak berpihak saya kira. Apakah Iwan hanya memakai media yang suka mengatakan kebencian kepada orang atau tepatnya agama lain? Apakah karena pemiliknya Non Muslim kemudian diserang begitu? Saya berlangganan majalah grup Kompas. Dan saat ada acara majalah tersebut yang saya lihat adalah hampir semua istri wartawan majalah tersebut berjilbab. Jelas grup Kompas tidak diskriminasi. Karena istri pemimpin majalah tersebut juga berjilbab.

 Saya percaya Jacob Oetama dan Dahlan Iskan adalah dua orang tokoh paling terkemuka di dunia pers. Bahkan jabatan Jacob Oetama sebagai kepala pers diserahkan kepada Dahlan Iskan. Dahlan dan Jacob Oetama pasti sama sama ingin negara ini berdiri disemua golongan. Bukan ekstrim kiri atau kanan. Mereka pasti ingin bangsa ini bersatu. Bukan saling membenci. Lalu apa pantas ucapan Iwan Piliang ini? Saya percaya Dahkan Iskan tidak nyaman dengan apa kata Iwan Piliang.

 Apa hubungan dengan Dahlan Iskan dan Jawapos? 

Sekitar dari 20 tahun yang lalu, saya pindah ke Surabaya. Saya masih mencari koran yang biasa saya baca. Tetapi sangat susah dan lama lama saya sudah malas mencarinya. Yang ada adalah Jawa Pos. Saya makin lama makin menikmati gaya Jawa Pos. Juga saat berpindah ke format ukuran tabloid. Membuat saya bangga sebagai pembaca sebuah koran pelopor. Saya sangat menyukai kolom dari Dahlan Iskan. Selama di Surabaya, saya merasakan Dahlan Iskan sangat melegenda. Saya sudah jatuh hati ke Jawa Pos.

 Kemudian sampailah masa ketika Dahlan Iskan merubah atau membuat aturan baru perekrutan wartawan. Saya selalu menyimak iklan lowongan wartawan tersebut, Entah kenapa, yang terjawab beberapa tahun kemudian.  Indek prestasi minimal adalah 3. Ini harga mati. Saya sempat berpikir, kenapa mahasiswa teknik yang saat itu dapat IP 3 saja susah diadu dengan jurusan lain yang IP 3 adalah gampang? Kenapa juga universitas yang top di sanding dengan yang kurang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun