Mohon tunggu...
Reo Donovan
Reo Donovan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Siapa yang Payah: Menteri Perdagangan atau Kelautan??

16 Agustus 2011   09:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah seminggu lebih saya baca perang antara Menteri Kelautan Fadel Mohamad dengan Menteri Perdagangan Marie Pangestu. Walaupun kesan saya Fadel lah yang menyerang menteri Perdagangan. Yang membuat saya menulis ini adalah keheranan saya akan sikap presiden atau setidaknya menko ekuin. Apa para menteri yang saling menyerang di media ini tidak dipanggil dan diberi arahan?. Apa ga malu ama rakyat? urusan gini aja ribut. Ini bukan masalah berani melawan sesama kolega, tetapi masalah koordinasi sesama menteri yang memalukan. Sehingga kita mau tidak mau melihat atasan mereka. Emang kerja menteri koordinasi dan presiden apa?. Karena masalah ini berlarut larut dan semakin panas, bahkan udah main segel segel gudang segala, membuat saya sedikit mencermati masalah ini. Ini adalah masalah garam. Menteri kelautan meminta import segera dihentikan karena akan panen. Sedang menteri perdagangan mangatakan akan menghentikan import mulai bulan juli sebagai antisipasi panen garam di Indonesia. Hasilnya? dibulan agustus ini ternyata sudah 900 ribu ton garam yang diimport sehingga membuat harga garam sangat rendah. harga di tingkat petani hanya dihargai 350/kg. Masalah harga saya baca juga berubah ubah. Ada yang bilang harga petani hanya dibeli pemerintahRp. 550 karena mutu tidak bagus sehinggap dipakai patokan kasta 2. Harga kasta 1 adalah Rp. 750/kg. Entah mana yang benar. Disebut kebutuhan industri kecil dan rumah tangga adalah 1,6 juta ton garam. Sedang untuk industri besar dibutuhkan 1,8 juta ton. Total butuh 3,4 juta ton. Import sudah 900 ribu ton. Total kurang 2,5 juta ton. Fadel menjamin minimal dia bisa setor 800 ribu ton dari petani. Jadi masih kurang 1,7 juta ton. Dari mana kekurangan di tambal kalau import di stop? saya tidak tahu. Yang pasti kalau ini terjadi, maka harga garam akan naik drastis. dan mungkin Fadel akan senang melihat petani mempunyai penghaslian yang tinggi. Bagaimana dengan rakyat dan industri yang harus rebutan kekurangan stok garam? saya juga tidak tahu bagaimana solusinya. Bila ibu sudah marah karena garam langka dan harga mahal, para bapak dan anak juga akan sewot. Dan hanya pemerintah yang disalahkan! siapa yang bertanggung jawab? Menteri perdagangan! Kenapa sudah tahu garam kurang kok tidak persiapan import! Walah. Inilah yang membuat Menteri Perdagangan mengijinkan masuk garam import. Apalagi dari data ternyata garam dari sumber terbesar garam Indonesia di madura gagal panen! Madura adalah 90% penyuplai garam. Dan yang berhasil dipanen hanya 10%. Data ini saya dapat tanggal 13 agustus. http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2011-08-13/109012 Pemimpin asosiasi petani garam juga heran dengan perseteruan antara Fadel dan Marie. Bukan masalah import dan harga garam ternyata yang jadi konsen asosiasi garam. Tetapi adalah masalah anggaran dari Dinas Kelautan yang besarnya 97 milyar untuk meningkatkan garam  di madura yang hanya 7 milyar dialokasikan untuk petani. Itupun mereka belum mendapat. http://www.detiknews.com/read/2011/08/15/083400/1703647/159/fadel-berang-mari-tak-mau-disalahkan Jadi bisa dikatakan bahwa Fadel meminta import di hentikan adalah supaya petani garam pendapatan naik. Ini tidak salah. Hanya tolong jangan membahayakan stok kebutuhan nasional. Apakah dengan pendapatan petani naik, maka anggaran besar itu menjadi pemakluman? Wong harga naik karena stok garam kosong kok. Mestinya dari berita kegagalan panen itu sudah dapat dilihat kalau menteri kelautan mengalami kegagalan dari program peningkatan produksi yang besarnya untuk madura saja 97 milyar. Dana 97 milyar ini ternyata 90 milyar habis untuk birokrasi dan konsultan. Hanya 7 milyar yang untuk petani! Semoga Fadel tidak menutupi kegagalan panen garam dan kegagalan program kementrian kelautan dengan kamuflase kenaikan pendapatan petani garam. Saya berharap presiden segera turun tangan. Melihat masalah dengan benar. Jangan hanya untuk memaksakan pendapatan petani, rakyat banyak dikorbankan. Indonesia ini negara katulistiwa alias negara panas. Negara dengan bibir pantai terpanjang didunia. Kenapa produksi garam aja tidak bisa? apalagi harga kalah ama negara lain. Termasuk Australia. Ada yang salah disini. Kalau beralasan masalah cuaca, apa negara lain juga tidak punya masalah yang sama? wong masalah cuaca ini global kok. Dan sebagai rakyat, janganlah kita mencela orang berdasarkan keturunan. Para Menteri saya yakin punya jiwa kebangsaan yang sangat tinggi. Ada yang bilang, ini menteri perdagangan China yang ngantor di Jakarta. Marie keturunan Asia timur, Fadel keturunan timur tengah. Padahal tanpa gembar gembor ternyata saya baca kompas hari ini, di akhir tahun Indonesia akan surplus melawan China!! ini mengejutkan! Tidak pernah saya duga Indonesia bisa menang melawan China! Walaupun kebanyakan ekspor Indonesia adalah batu bara. Jadi pertanyaan mestinya, garam aja kita kalah bersaing, apalagi produk lain? saya berharap semakin banyak produk kita bisa menang. Tidak hanya gas, minyak apalagi batu bara. Karena bisa habis. Untunglah kita juga punya kelapa sawit. Mestinya ikan laut kalau ga digarong kapal asing juga bisa menjadi kekuatan Indonesia. Saya masih punya harapan Indonesia bisa memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat. Sehingga berkat TUHAN untuk Indonesia tidak sia sia. Semoga masalah garam bisa cepat selesai!!

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun