Tanpa mu, malam malam panjang selalu seperti gencatan senjata yang melankolis. Memoar dirimu terlalu bersemangat mengguncang batin, membuat bulir bulir air mata menggelinding bersatu membentuk lapisan air di permukaan wajah.
Aku rindu melihat bayangku yang tertawa di bola matamu dan senyum yang merekah di sudut bibirmu.
Aku rindu membenamkan diri di dada dan lengan kokohmu. Merasakan melodi yang mengalun dari jantungmu.
Aku rindu sapuan lembut bibirmu yang menyapa bibirku. Lidahmu menyejukkan mulutku.
Aku rindu helaian nafasmu yang menggelitik leher dan meremangkan seluruh roma di tengkukku.
Aku rindu setiap inci dari dirimu.
Kembalilah, hapus jejak jejak aliran air di pipi ini dan biarkan aku merasakan hangatmu lagi.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H