Mohon tunggu...
Reny Faniah
Reny Faniah Mohon Tunggu... -

" Tak ada ilmu yang Tak Berguna, Tak ada buku yang tak bermanfaat dan Tak ada Pengalaman yang tak berharga "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemenangan Suara Kecil

10 Maret 2012   13:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:15 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apa yang kau banggakan dengan seseorang yang kau yakini bukan pembual itu,Nina? Bukankah telah terlihat jelas olehmu?" Terdiam, terpaku, mendengarkan suara hati yang menderu. Pikiran melambung tinggi mendengar suara hati yang kian tak menentu. Nina memang seorang wanita yang memiliki kedekatan dengan suara hatinya. Tapi entah mengapa, Nina tak selalu meyakini suara itu. Bahkan menganggap tak pernah ada. Ia terus berkelit dengan logikanya. Mengingat suara hati kecil yang terkalahkan, dia selalu terjerumus dengan ketidakpastian, menipu dirinya sendiri, dan tak sedikitpun kemenangan diraih olehnya. Sudah seharusnya hati kecil saling melengkapi kekuatan logika.

Hujan senja yang dirasakan membuat Nina sejenak melamun memikirkan dimana kebenaran. Apa yang seharusnya ia percaya? Ya! Memang tak segampang logika berbicara dalam menyetujui kehendak hati kecil.

"Sudahlah, apalagi yang kau pikirkan? Beranjaklah! Pikirkanlah hal yang belum pernah terpikirkan olehmu sebelumnya." Kembali Nina terperanjak dengan suara kecil itu ditambah dengan gemuruh hujan yang semakin deras. Sudah bertahun - tahun Nina berkelut dengan suara kecil itu. Dan lagi - lagi tak pernah dihiraukan olehnya. Hingga tak tertahankan dan membuatnya meneteskan air mata. Padahal suara kecil itu selalu meyakininya dengan dukungan orang - orang yang ada disekelilingnya. Sifat keras kepala yang dimiliki Nina sulit sekali dikalahkan. Membuat ia jatuh ketika harus berhadapan dengan logika dan kembali bangkit dengan ketegarannya dengan dukungan suara kecil itu. Sayangnya, tak pernah ia manyadari akan hal itu.

Sifat pemaafnya selalu membuat logika merasa kemenangan yang sangat membuta. Buta akan segala kesalahan, kebohongan dan kesakitan yang ia rasakan. Kata "Mungkin dan Tapi" itulah kuncinya yang membuatnya patuh kepada logika. Ternyata pemikiran positif itu tak selalu membawanya ke dalam hal yang lebih baik. Berbuat kejujuran dan kebaikan kepada setipa orang yang ia utamakan. Tanpa memandang status, akibat serta timbal balik yang ia dapatkan. Hanya kata memaafkan itulah yang selalu terbesit di dalam pikirannya.

"Hai, Nina! Apa kataku? Kali ini kau kalah lagi. Sekali pembual tetaplah pembual. Dia tidak akan pernah merubah sifatnya hingga suatu saat, dimana kesulitan menghajarnya. Itupun kalau ada kata penyesalan yang ia rasakan. Bahakn hingga saat nafas terakhirnya pun ia tidak akan merasakan kesalahan yang telah dilakukan. Ya! Tepatnya hidayah yang harus diterimanya. Malaikat sekalipun takkan mampu merubah sifat orang seperti dia. Hidupnya telah bahagia tanpa dirimu, bukankah itu nyata? Bukankah kau sendiri yang telah melihatnya? Sadarlah akan cintamu yang bertepuk sebelah tangan itu! Bangkitlah dari keterpurukan yang kau lakukan sendiri.Pembual itu bukan lagi milikmu dan tak pantas untukmu. Dia tak sedikitpun memiliki tanggungjawab. Kenanglah kebaikannya, tapi jangan kau lupakan keburukannya untuk pelajaran masa depanmu. Nina, kau wanita tegar, kau pemaaf dibalik keras kepalamu tapi kau bukan wanita yang keras hati." Panggilan suara kecil pendukung kemenangan.

Akhir dari kata tersebut. Nina bulatkan hati mendukung suara kecil yang selalu menemaninya. Bukan lagi logika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun