Mohon tunggu...
reny eka agustin
reny eka agustin Mohon Tunggu... -

seorang siswa yang ingin mencoba hobby baru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kado Terindah

17 Juni 2014   20:07 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:21 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah lama pertemanan Fandy dan Dara tak terlihat akrab. Bukan berarti sedang bermusuhan tetapi jarak yang jauhlah yang memisahkan mereka. Dara ikut orang tuanya yang sedang dinas di Bandung, Jawa Barat.

Suatu waktu, ketika Fandy sedang membuka akun facebooknya tidak sengaja melihat akun facebook yang bernamakan Dara. Ia pun coba mengirim permintaan pertemanan.

“Lho itu kayak fotonya Dara, terus namanya juga Dara. Coba ah mengirim permintaan pertemanan.” kata Fandy dalam hati dengan penuh harapan itu benar Dara temannya dulu.

Keesokan harinya Dara sudah mengonfirmasi permintaan pertemanan Fandy. Dan kebetulan mereka sedang online bersamaan.

“Apa benar ini dengan Dara Oktavia?” pesan Fandy.

“Iya Fan aku Dara. Kamu tahu dari mana nama akun Facebookku?” jawab Dara.

“Alhamdulillah kalau kamu memang Dara.

Aku gak sengaja liat terus aku coba aja. Eh, ternyata itu beneran kamu.”

Setelah lama berkomunikasi lewat facebook, mereka berlanjut dengan mengirim pesan singkat lewat handphone. Pertemanan mereka kembali akrab.

“Fan, apa kamu masih di Prigen?” tanya Dara.

“Iya. Ada apa emang?” jawab Fandy dengan terkejut karena Dara tiba-tiba bertanya tentang hal tersebut.

“Iya gak papa pingin tahu aja. Soalnya dalam waktu dekat aku mau berkunjung ke rumah saudaraku di sana.” jelas Dara.

Liburan telah tiba, Dara dan orang tuanya bersiap-siap untuk segera berangkat.

“Ayo Dara cepat, nanti ketinggalan kereta.” tegur kepada Dara yang sedang sibuk mempersiapkan oleh-oleh untuk Fandy temannya.

“Iya bu.” jawab Dara dengantergesa-gesa memasukkan barang ke tasnya.

Berangkatlah mereka ke Stasiun Bandung. Tiket sudah dibeli hanya tinggal menunggu waktu keberangkatan.

“Senang iya bu, akhirnya kita bisa berlibur ke rumah paman di Prigen.” dengan wajah yang sangat gembira dan tidak sabar.

“Iya Ra, ibu juga senang karena kita bisa berkumpul dengan keluarga di sana.”

Kereta tiba, mereka segera naik dan mencari tempat duduk yang sesuai dengan nomor yang ada di karcisnya.Perjalan terasa cepat karena mereka sangat bahagia.

“Assalamualaikum.” kata Dara sambil mengetuk pintu.

“Waalaikumsalam. Dara, apa benar itu kamu?” Bulek Ira membuka pintu dengan terkejut sambil memeluk Dara.

“Iya Bulek, ini aku Dara. Itu dibelakang ada Ibu sama Ayah.”

Bulek Ira sangatlah terkejut dengan kehadiran mereka karena sebelumnya tidak kabar akan kehadiran mereka dari Bandung.

Sore harinya dengan minta ditemani Heni, Dara pergi jalan-jalan ke tempat sekitar rumah. Tidak sengaja dia bertemu Fandy.

“Dara, gimana kabarnya?”tanya Fandy dengan gembira.

“Alhamdulillah aku sehat, kamu?”

“Sama aku juga sehat.”

Mereka berbincang cukup lama. Sebenarnya masih banyak hal yang ingin dibicarakan. Waktu magrib telah tiba.

“Ayo kita pulang waktu magrib telah tiba. Besok kita lanjut lagi jalan-jalan.” kata Fandy.

“Iya Fan.” jawab Dara.

Keesokan harinya, Dara pergi bermain dengan Fandy.

“Bu, aku mau minta izin. Aku mau pergi dengan teman lamaku Fandy.”

“Iya Ra, silahkan. Tapi tahu waktu iya.” ibu memberi izin.

Mereka pun segera berangkat. Kali ini mereka mengunjungi tempat yang dulu sering mereka kunjungi. Yaitu ke Candi Jawi. Tidak hanya berfoto, mereka juga mempelajari sejarah tentang Candi Jawi.

Tidak hanya ke Candi Jawi, mereka melanjutkan perjalanan ke Kebun Raya Purwodadi. Lagi-lagi tidak hanya refresing, mereka juga mempelajari beberapa tanaman yang mereka temui di sana.

Waktu ashar tiba, mereka segera untuk pulang agar tidak kemalaman sampai di rumah.

Dara pun sampai di rumah paman kembali.

“Gimana nak, jalan-jalannya?” tanya ibu Dara.

“Iya senang bu, bisa refresing dengan belajar.” Jawab Dara.

“Senang belajar apa karena jalan dengan Fandy? Ayo ngaku.” tanya ibu dengan penuh penasaran dan menggoda Dara agar mengaku.

“Ibu ini, apa-apan. Biasa aja bu, gak ada rasa kok.”

Sangibu semakin curiga karena Dara terlihat sangat bahagia setelah jalan dengan Fandy.

Hari ini adalah hari ulang tahun Dara, tetapi ibu sengaja untuk tidak memberi kejutan kepada Dara sekarang tetapi itu nanti.

“Bu, sekarang kan hari ulang tahunnya Dara. Apa bikin party kejutan untuknya?” tanya Fandy kepada ibu Dara.

“Gak Fan, kenapa emangnya?” tanya balik ibu Dara.

“Itu bu, sebenarnya aku ada rasa ke Dara tapi untuk sekarang belum ada waktu yang pas untuk mengatakannya. Inginnya sih, hari ini sekalian dengan hari ulang tahunnya dia.” jelas Fandy.

“Oh begitu. Ibu tanya apa benar kamu suka dengan anak saya?”

“Iya bener.” jawab Fandy.

Ibu Dara pun mendukung Fandy karena dia tahu kalau Dara rupanya juga sama Fandy. Party kejutan untuk Dara pun disiapkan oleh mereka dengan dibantu saudara yang lainnya. Sambilmenunggu kedatangan Dara yang sedang pergi dengan Heni.

Setelah beres, ibu mencoba untuk menghubungi Dara agar segera pulang.

“Kamu dimana? Ayo segera pulang.” perintah ibu lewat telepon.

“Ibu sebentar ini Heni sudah hampir selesai.” Jawab Dara dengan enteng karena dia tidak tahu kalau sebenarnya Heni melakukan ini semua demi kelancaran rencana yang telah mereka susun.

“Ayo kak kita pulang.” ajak Heni yang telah diberitahu informasi oleh Fandy kalau semua persiapan sudah selesai.

Sampainya di rumah terlihat sepi karena semuasedang bersembunyi untuk menunggu Dara membuka pintu.

“Pada kamana semuanya? Kok sepi banget.” kata Dara tanpa ada rasa curiga sama sekali.

“Coba aja kak buka pintunya.”

Dara pun membuka pintu dengan pelan-pelan. Ia terguyur oleh seember air yang telah dipasang di atas pintu.Ia pun kesal. Ketika sedang marah-marah, tiba-tiba datanglah Fandy yang membawa kue ulang tahun dengan ditemani ibu dan saudra-saudaranya. Dengan kompak mereka menyanyikan lagu ulang tahun. Tidak ketinggalan Fandy pun segera mengungkapkan apa yang ada di hatinya.

“Dara, maukah kamu jadi pacarku?” tanya Fandy sambil bersimpuh di depan Dara.

Dara terlihat bingung apa yang harus ia ungkapkan karena sesungguhnya dia juga suka dengan Fandy.

“Iya Fan, aku mau jadi pacarmu.” Sambil menengok ke ibunya yang menganggukkan kepala.

Semua keluarga terlihat bahagia, terutama Dara karena dapat bersatu dengan Fandy. Setelah selesai mereka semua menjelaskan kepada Dara kalau ini adalah party kejutan dari Fandy untuknya.

“Terima kasih Fandy, kamu sudah perhatian sama aku.” kata Dara sambil tersenyum bahagia.

“Iya sama-sama. Asal kamu tahu aku sayang banget sama kamu Ra. Walaupun jarak memisahkan kita, tapi hatiku tetap untukmu dan selalu berada didekatmu.” jawab Fandy dengan memelukDara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun