Hari ini aku terbangun, merindukan sesuatu yang aku sendiri pun bingung karenanya. Rindu yang biasanya terbangun dari rasa cinta mendalam terhadap kekasihnya sendiri. Namun kini, rindu ini seakan tak bertuan, tak memiliki tujuan. Tapi kenapa aku masih merasakannya.
Rindu tak bertuan ini seakan seperti laut tanpa pantai, hutan tanpa pepohonan. Gurun yang kehausan di tengah terik matahari. Layaknya hati yang kosong dan hening tak berarti. Rindu yang tak berkesudahan ini seakan menyiksa diri.
Aku sendiri kebingungan mencari makna. Mencari arti dari semuanya, membawa diri dengan rasa hampa. Kosong yang kurasakan kini seakan bertambah perih saat rindu memenuhi hati. Layaknya musafir kehausan di padang Sahara, kebingungan tanpa adanya asa.
Entah kemana rindu ini akan berlabuh, aku sendiri pun masih mencari hati yang teduh. Hati yang kurang lebih seperasaan denganku, sehingga turut merasakan apa yang kuresahkan kini.
Sampai saat ini aku bertanya-tanya, untuk siapakah rindu ini ku punya. Bahkan aku bingung kenapa rindu ini ada, sedangkan tuannya pun sudah tak menduduki singgasananya. Kenapa semua ini masih ada.
Entah rindu ini memang miliknya atau aku yang belum sepenuhnya rela. Mungkin ku perlu waktu untuk sekedar menunggu hatiku mereda. Mengembalikan semuanya seperti sebelumnya. Meski tak sepenuhnya pulih, setidaknya hatiku tak kan lagi merasa perih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H