Mohon tunggu...
REFLEKSI DIRI
REFLEKSI DIRI Mohon Tunggu... Penulis - Renungkan dan Rasakan. Intisari kehidupan ada di dalamnya.

Tulisan apapun yang dimuat, adalah tulisan yang berlandaskan pengalaman, gagasan dan riset sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Aku, Antara Ambisi dan Harapan

29 November 2020   01:00 Diperbarui: 29 November 2020   01:01 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Tulisan   ini menjadi awal langkah salah satu ambisiku muncul dan berkecamuk dalam pikiranku. Jika kalian tak mengenalku, maka jangan sekali-kali penasaran denganku. Karena kalian akan kecewa saat tau seperti apa dan seburuk apa diriku. Rasanya kata kiasan apapun tak cocok buatku. Seperti badai yang tak diinginkan langit, layaknya tanah yang dihardik oleh manusia. Itu pun masih terlalu halus buatku.
Aku, menjadi apapun diriku, rasanya masih belum cukup buatku. Meski banyak kata keluar, tenaga terkuras, dan keringat bercucuran. Namun, jika ada kata lain dari kerja keras, mungkin aku akan lebih menggunakannya untuk sekedar menghibur suasana hatiku.

Ambisi menjadi kata yang seakan menghardik diri ini kala mengesampingkan banyak hal penting demi sebuah tujuan yang sebelumnya telah tertancap tajam dalam nurani. Ketidakpuasan diri menjadikanku pribadi yang bisa dibilang tak ingat rasa terima kasih. Segala usaha yang kulakukan semata mengejar apa yang sedang ada di depan mata dan sudut pandangku. Bahkan jika perlu merangkak, aku akan lakukan itu. Asalkan apa yang aku tuju itu tercapai dan kepuasan diri menerpaku.

Harapan ini menjadi kedokku saat orang-orang memandangku sebagai individu yang egois. Keinginan yang terus bertambah, menghalalkan segala cara, menghabiskan waktu dan usia. Hal itu rasanya tak dapat memberiku sebuah tamparan besar dalam hidup hanya untuk sekedar berhenti sejenak.

Kapan selesai? Entahlah, aku juga tak tau itu. Karena jika kalian tau, setiap keinginanku terlaksana satu, maka keinginan-keinginan lainnya turut berdatangan antri. Seakan terima kasih pada diri menjadi hal yang mustahil buatku. Menurut orang-orang, aku harus belajar banyak dari apa yang telah aku lalui. Dan menyarankan sejenak untuk hati dan pikiran beristirahat dari segala ambisi dan harapan yang menumpuk.
Selesai memang kata yang indah, selalu dicari-cari oleh semua orang. Menjadi akhir perjalanan manusia. Terakhir kali aku merasakannya saat ambisi pertamaku terselesaikan. Setelahnya? Aku tak pernah mendengar dan merasakannya lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun