Mohon tunggu...
Reno Puti Bulan
Reno Puti Bulan Mohon Tunggu... -

Hari ini adalah sejarah di esok hari. Abadikanlah...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bila Pasport Hilang di Luar Negeri

7 Juli 2011   07:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:52 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin Trinity "The Naked Traveller" pernah mengalami hal yang "menyeramkan" seperti kehilangan uang (lihat Bila Kehilangan Uang di Luar Negeri), tetapi saya juga pernah mengalami kejadian yang tidak kalah menyeramkannya, yaitu kehilangan pasport. Tepatnya tahun 2007, saya sedang mengikuti program kursus bahasa Mandarin musim panas di salah satu universitas di Beijing, RRC. Hanya berselang seminggu sejak kedatangan saya di Bandara Internasional Beijing, pasport lenyap. Selayaknya orang asing yang datang sendirian ke negeri yang tak kalah asingnya (karena baru pertama kali saya kunjungi), saya pun bingung. Bingung harus berbuat apa, bingung harus menghubungi siapa, bahkan bingung dengan perasaan saya sendiri. Proses untuk mendapatkan pasport kembali tidak hanya banyak menyita waktu, pikiran, dan tenaga, tetapi juga uang. Belum lagi jika kita tinggal di negara tersebut melebihi izin sementara pasport yang merupakan kelengkapan untuk memperpanjang visa tidak kunjung kita miliki. Tentu akan sangat banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membayar denda. Namun, alhamdulillah orang baik itu ternyata selalu saja ada di mana-mana. Salah banyaknya adalah teman sekamar saya dan pengajar-pengajar di sana. Mungkin anda belum pernah mengalaminya, tetapi yang namanya apes bisa datang kapan saja, kan? Saya tidak mendoakan anda untuk mengalami hal yang sama, tetapi berjaga-jaga tetap perlu kan? Berikut tips-tips untuk menghindari bila tertimpa keapesan semacam itu: 1. Hindari keributan dengan Orangtua sebelum pergi, ini penting. Keributan deng [caption id="" align="alignleft" width="357" caption="passportku hilang ditelan bumi... huuuuhuuuhuuu T_T"][/caption] an orang tua bisa saja menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Orang tua tentu tidak akan mendoakan anaknya tertimpa musibah, tetapi situasi yang tidak mengenakan semacam ini bisa saja mengacaukan pikiran kita saat sedang dalam perjalanan. Ada baiknya jika kita pergi tanpa meninggalkan masalah dengan keluarga (termasuk suami atau istri, adik atau kakak, juga anak tentunya...) 2. Berdoalah, saya rasa tanpa penjelasan lebih lanjut anda semua sudah tau Siapa yang paling bisa kita harapkan bantuan ketika berada di negara asing seorang diri 3. Fotokopi pasport dan visa anda. Sebaiknya menggunakan foto kopi berwarna agar mendekati asli. Bagian yang perlu difoto, yaitu bagian identitas (yang ada fotonya), lembaran visa, dan bagian terakhir yang ada capnya. 4. Bawa pas foto. Bawalah pas foto dengan berbagai ukuran (2x3, 3x4, 4x6, 6x6, dsb) masing-masing 7 lembar (opsional). Saya beruntung (bukankah di balik kesulitan selalu ada kemudahan?! Hahaha...) saat itu membekali diri dengan beberapa lembar pas foto sehingga tidak perlu lagi repot-repot foto. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah latar foto. Sebaiknya pas foto yang dibawa sama dengan yang digunakan ketika membuat visa karena beberapa negara mengharuskan latar berwarna biru, ada juga yang mengharuskan latar berwarna merah, dan ada juga yang membebaskan. Begitu pula dengan ukuran. 5. Bawa foto kopi surat-surat persyaratan mengurus pasport. Biasanya ada beberapa surat yang harus kita siapkan untuk mengurus pasport (mis. Fotokopi ktp, dsb). Fotokopi surat-surat itu (tidak perlu-banyak-banyak, 2 lembar saja cukup...) dan tinggalkan saja surat-surat asli di Indonesia (kalau dibawa, bisa-bisa hilang juga. Dobel apes donk judulnya?! Hahaha...) 6. Bila anda pergi dengan pasport dinas (pasport biru), kewaspadaannya harus berlipat ganda karena di beberapa negara pasport dinas lebih menarik bagi pencuri dibandingkan pasport hijau. Sebaiknya, jangan biarkan orang asing mengetahui jika anda adalah seorang pegawai pemerintahan. Bukannya saya mengajarkan untuk selalu ber-negative thinking sama semua orang, tetapi bukankah kewaspadaan itu penting? Saat ini kita bisa mendapatkan sejenis kantung tipis yang bisa diikatkan ke tubuh (semacam tas pinggang). Tas itu dijual bebas dan bisa didapatkan dengan harga yang terjangkau. Tas itu memang diciptakan untuk menyimpan surat-surat penting, termasuk pasport. Namun, bila anda yakin hotel tersebut aman lebih baik tinggalkan surat-surat itu di save deposit box 7. Bila anda pergi untuk belajar atau bekerja, biasanya anda diberikan kartu identitas (mis. kartu pelajar). Gunakan saja kartu tersebut dan tinggalkan surat-surat berharga di asrama atau apartemen atau apapun namanya (lagi-lagi kalau anda yakin jika hal tersebut lebih aman) 8. Senantiasa menjalin hubungan baik. Itulah nikmatnya silaturahim. InshaAllah selalu saja ada “tangan-tangan baik” yang bersedia membantu anda saat sulit. Namun, hal itu tidak bisa didapatkan dengan instan. Jagalah hubungan baik dengan orang-orang sekitar sejak pertama kali kita datang (mis. resepsionis hotel, cleaning service, teman sekamar, dsb) Namun, bila musibah itu masih saja menimpa anda sekalipun sudah berhati-hati, hadapi saja dengan ikhlas. Duduklah sejenak sambil menarik napas. Minum segelas air putih untuk menenangkan diri. Dan pikirkanlah langkah-langkah yang akan anda lakukan untuk kembali memiliki pasport atau setidaknya surat perjalanan laksana pasport (splp). Jangan lupa berkoordinasi dengan kerabat yang ada di Indonesia untuk bisa meminta kopi identitas dari imigrasi tempat anda membuat pasport dan mengirimkannya via fax karena biasanya KBRI akan berkoordinasi dengan imigrasi tersebut untuk meminta data dikirimkan sehingga pasport atau splp bisa diproses lebih cepat. Anda bisa saja menunggu inisiatif dari kantor imigrasi untuk mengirimkan, tetapi kita harus memaklumi bahwa setiap hari selalu saja ada banyak orang yang mengantri untuk membuat pasport sehingga membutuhkan proses pengiriman yang lebih lama (positive thinking saja lah... :)) Seburuk apapun kejadian selalu saja ada cerita yang bisa kita nikmati di kemudian hari. Seperti halnya pengalaman saya ini, dulu memang sempat membuat stress luar biasa. Namun, setelah berhasil kembali ke Jakarta, saya semakin yakin jika tidak ada yang lebih membahagiakan selain tinggal di negara sendiri dan dekat dengan orang-orang yang kita cintai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun