Dua minggu ini sekolah kami disibukkan dengan kampanye untuk Ibu Yuliah. Kami menggalang massa untuk mem– vote Bu Yuliah di Penghargaan BSM Edu Award For Integrity 2013 yang diselenggarakan oleh Bank Syariah Mandiri. Dari total 93 peserta se – Indonesia, Alhamdulillah Bu Yuliah dengan deretan prestasinya bisa lolos ke 25 besar dan selanjutnya lolos ke 10 besar hingga sekarang tersisa 6 finalis saja.
Enam orang inilah yang nantinya bisa di vote melalui jejaring social facebook atau twitter untuk dicari pendukung terbanyaknya. Disinilah peran promotor dalam hal ini kepala sekolah Pak Mohtari A Halim sangat berperan. Walaupun ini adalah perlombaan individu, sejatinya keikutsertaan Bu Yuliah di penghargaan ini juga mewakili Sekolah kami sekaligus juga sebagai ajang promosi, bahwa guru – guru kami adalah guru – guru yang berkualitas.
Maka mulailah sang promotor gencar melakukan propaganda hehe. Banyak strategi yang sudah Pak Mohtari lakukan. Menyebar pamflet ke seluruh siswa TK, SD, dan SMP. Mengundang BKOMS yaitu perwakilan orang tua murid agar mengerahkan bantuannya. Seluruh jaringan Al Azhar syifa budi se – Indonesia juga diminta partisipasinya. Hasilnya, Ibu Yuliah berhasil masuk ke peringkat 3 dari 6 finalis tersebut.
Total suara yang me – like Bu yuliah tidak tanggung – tanggung hampir mencapai 1000 orang lebih. Luar biasa! Dukungan dari berbagai kalangan terus digalakkan. Aku juga sepertinya tergerak untuk ‘sedikit’ membantu dengan membawa note book dan modem lalu masuk ke kelas dan “menodong” semua siswa yang punya facebook untuk me - like. Sebenarnya antusias siswa sungguh luar biasa. Mereka juga turut senang, karena guru mereka bisa masuk dan mendapat penghargaan. Namun, karena waktu yang mepet dan jelang UAS kami harus mengejar materi, hal ini tidak bisa kami lakukan secara kontinu. Padahal sayang sekali, masih banyak potensi yang belum tergali. Heuheu L.
Setidaknya kami sudah cukup puas dan merasa diatas angin karena Bu Yuliah sudah ada diperingkat 3 bahkan pernah masuk peringkat 2. Kami juga merasa tidak perlu khawatir karena kompetitor lain masih jauh dukungannya dibawah bu Yuliah. Minimal juara 3 sudah ditangan, batinku kala itu bergumam.
Tinggal sehari lagi perlombaan berlangsung, iseng – iseng aku ingin mengecek hasil voting Bu Yulaih. Aku langsung membuka link hasil perolehan sementara BSM Edu award for integrity http://www.syariahmandiri.co.id/bsm-edu/hasil-sementara/, sungguh kaget aku melihat hasil perolehan sementara tersebut. Apaaaa? Peringkat ke 4 ? tidak mungkin ! pikiranku menolak untuk menerima.
Benar ! sekarang Bu Yuli diperingkat 4 dan yang cukup mencengangkan jaraknya cukup jauh antara 1700 –an dengan 2200. Sungguh aku tak menduga sama sekali ini bisa terjadi.
Begitulah suasana perlombaan terasa, kita jangan sampai lengah kalau belum sampai finish. Jangan pernah merasa cukup kalau belum benar – benar selesai. Voting yang tertera di hari terakhir perlombaan ini, sesungguhnya mengajarkan kepada kita banyak hal tentang kontinuitas. Tentang upaya yang harus terus menerus harus dilakukan. Jangan pernah merasa menang sebelum pertandingan berakhir. Inilah yang membuat kami tercengang, sehingga harus menerima kekalahan dengan terkejut.
Ibarat sebuah perlombaan lari jarak 500 m, ketika sudah hampir sampai finish, ada seorang pelari lawan yang tiba – tiba mendapat energi entah dari mana langsung melesat cepat mengalahkan kami yang hampir sampai finish. Tanpa bermaksud menyalahkan competitor lain, tapi memang nyata adanya, perolehan hasil itu berubah begitu cepat hanya dalam hitungan menit yang secara logika tidak bisa terpikirkan. Kami cukup shock karena sisa semalam lagi perlombaan ini berlangsung, tiba – tiba peringkat kami jauh tertinggal hampir 500 angka kurun sehari perlombaan ini akan ditutup. Aku sungguh tak menyangka akhirnya akan seperti ini.
Dengan segala upaya yanga sudah dilakukan, sesungguhnya Bu Yuliah sudah menjadi juara yang sebenarnya. Seperti yang sudah saya tulis di http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/07/bisakah-kami-yang-muda-muda-ini-mencontoh-beliau-dukungan-untuk-guru-kami-ibu-yuliah-di-penghargaan-bsm-edu-award-for-integrity-2012-514114.html. Bu Yuliah adalah sosok inspirasi di di sekolah kami. Menjadi juara 1, 2, 3 atau 4 sejatinya Bu yuliah adalah pemenangnya. Beliau sudah mengajarkan banyak hal kepada kami. Aku jadi teringat, sosok Bu Yuliah yang selalu datang pagi dan selalu shalat dhuha dahulu ketika sampai disekolah.
Bahkan saat perlombaan ini berlangsung pun, sekali lagi bukan untuk menjatuhkan para kompetitor yang lain, konon katanya karena mengikuti perlombaan ini ada seorang nominasi yang meninggalkan murid – murid karena sibuk promosi diri. Bu Yuliah bahkan tak pernah bolos sekali-pun demi untuk mempromosikan dirinya ! Beliau seperti biasa melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab mengajar anak – anak.
Akhirnya kemarin sore pukul 3, perlombaan BSM Edu award for integrity resmi ditutup. Bu yuliah masih berada di peringkat ke 4. Aku sempat bertanya kepada Bu Yuliah, bagaimana perasaannya ? Ibu mengatakan kalau Ia lapang saja menerima ini. Toh, Beliau memang tidak berniat ikut lomba melainkan dicalonkan. Kemudian Beliau bercerita kalau kemarin ketika Ia masih diperingkat 3 pun ada seorang kerabat yang mengatakan kalau masih diperingkat 3 harus was – was. Lalu Bu Yuliah menjawab, pemenangnya sudah ditentukan oleh Allah SWT, jadi ikhlas dan tawakal saja. Maka ketika hal ini benar – benar terjadi, Ia merasa sudah tidak kaget lagi.
Evaluasi kami sebagai tim promosi tentu banyak sekali yang belum kami lakukan. Tim kami belumlah berjalan dengan maksimal. Karena perlombaan ini sesungguhnya adalah kerja tim, bukan Bu Yuliah sebagai individu, tapi Bu Yuliah yang mewakili sekolah kami. Metode me – like yang menjadi patokan pemenang, sangat membutuhkan gotong royong seluruh pihak, agar koneksi yang didapat untuk me - like bisa menyebar dan bekerja dengan efektif.
Sejatinya pengalaman ini adalah sebuah pengalaman yang berharga bagi kami. Banyak hikmah serta pelajaran yang bisa diambil dengan kekalahan kami yang tertunda ini. Bukan kalah atau menang yang menjadi persoalan, tapi kami jadi mengetahui kekuatan dan kelemahan kami sebagai sebuah tim. Sungguh kesolidan itu tidak bisa dibeli, kekompakan itu mahal harganya, ketulusan itu tak ternilai dengan materi apapun juga.
Mewakili Ibu Yuliah dan Bapak Mohtari A Halim selaku promotor, kami mengucapkan terimakasih atas support, dukungan, partisipasi, doa dan seluruh bantuan seluruh siswa dan wali murid SD Al Azhar Syifa Budi jatibening, Yayasan Darusalam Taman Sari Persada, Al Azhar Syifa Budi Se – Indonesia, rekan – rekan sekolah yang tak bisa kami sebutkan satu persatu serta kerabat dan handai taulan bahkan yang tak mengenal Bu Yuliah secara langsung, dukungan saudara semua sungguh sangat berarti. Bukan kemenangan, tujuan akhir kami, karena sesungguhnya Ibu Yuliah tetap menjadi pemenang di hati kami dan seluruh murid semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H