Mohon tunggu...
Reno Herianto
Reno Herianto Mohon Tunggu... -

ketika hidup semakin tak jelas terasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Me Vs Virus "G"

20 Agustus 2011   07:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus ini sudah menjalar memasuki saraf halus di otak. Rasanya seperti terbelenggu dalam sel berlapis api. Sungguh menyakitkan! Namun di lain hal ini bisa menjadi sebuahkenikmatan yang tiada tara. Manisnya melebihi cita rasa candu dunia. Begitu legit dan meresap di jiwa. Entah sejak kapan rasa ini muncul. Yang kutahu rasa ini harus diakhiri, SEGERA!!!

...

Aku terlahir sebagai seorang pria yang cukup tampan, begitulah orang-orang memujiku. Lahir di keluarga Jawa yang kental dengan budaya dan adat istiadat beraneka warna.

Hidupku berjalan seperti manusia pada umumnya. Sangat biasa dan umum, tanpa sesuatu yang luar biasa dan ajaib. Namun banyak hal aneh terjadi dalam hidupku hingga akhirnya virus itu menjeratku dalam fatamorgana kenikmatan semu.

...

Terjadi hubungan arus pendek di otakku. Dampaknya luar biasa, saraf otakku terbakar dan bekerja tak sesuai dengan kodratnya. Ini semua di luar kendaliku. Tak ada pilihan lain saat itu terjadi tapi sekarang halitu adalah pilihan dengan dua optional. Terus melaju dengan keadaan yang ada atau berhenti dan membuat revolusi secara berkala.

Dalam hidup semua terus berubah. Tak ada yang kekal, yang kekal adalah perubahan itu sendiri. Dan perubahan itu yang selalu kucoba raih. Sebisaku, semampuku...

...

Jujur, aku menikmati semua ini tapi hati kecilku masih sadar dan terus bergejolak menolak. Ada demo dan debat panjang dalam sanubariku. Siapa yang akan menang aku tidak tahu. Padahal yang bertindak sebagai juri adalah aku sendiri. Ya..akulah penentunya.

Antara dosa dan kesendirian, sulit bagiku menentukan.

...

Aku tak ingin begini selamanya. Menjadi seorang pecinta sejenis pengagum kaum pria.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun