"Habel menjadi gembala kambing domba,." (Kejadian 4:2)
Kisah Habel, gembala yang sederhana, memancarkan bayangan indah dari Gembala Agung kita, Yesus Kristus. Dari altar persembahan Habel, kita melihat bayangan pertama dari korban yang sempurna, gambaran samar namun jelas bahwa Sang Matahari Kebenaran akan segera terbit.
Habel, seorang gembala yang juga imam, mempersembahkan korban darah yang harum kepada Allah, dan Tuhan berkenan atasnya. Begitu pula Yesus, Gembala Agung, membawa persembahan yang kekal di hadapan Bapa-Nya—persembahan darah-Nya sendiri. Seperti Habel, yang dibenci tanpa sebab oleh saudaranya, Yesus pun dibenci oleh dunia. Manusia yang berdosa tidak dapat menerima yang kudus, dan kebencian mereka akhirnya menumpahkan darah-Nya yang tak berdosa.
Habel mati sebagai korban kebencian, darahnya membasahi tanah, menjadi saksi bisu dari dosa manusia. Namun, seperti yang Allah katakan kepada Kain, "Darah saudaramu berteriak kepada-Ku dari tanah" (Kejadian 4:10). Darah Habel berbicara—dan begitu pula darah Yesus. Namun, di mana darah Habel menyerukan keadilan, darah Yesus berseru dengan nada yang jauh lebih indah: kasih karunia dan pengampunan.
Darah Kristus berbicara tentang:
Damai Sejahtera di Hati
Sebagai orang berdosa, hati kita dipenuhi rasa bersalah. Namun, darah Kristus menenangkan hati nurani kita, membawa pengampunan dan pemulihan dengan Allah.
Damai di Antara Manusia
Di kayu salib, tembok pemisah antara bangsa-bangsa dihancurkan. Darah Kristus menyatukan manusia, baik Yahudi maupun non-Yahudi, menjadi satu umat Allah.
Damai yang Kekal
Pengorbanan Kristus membawa damai yang melintasi waktu. Bagi mereka yang ditebus, ada janji damai yang abadi—pengampunan, penerimaan, dan kehidupan kekal bersama Allah.