Puisi -- Malam Kelana di Ujung Jalan
Â
Oleh: Dr. Renny Tade Bengu, S.Th., M.Pd
Â
Tiga orang anak berkelana ke ujung jalan. Bahkan sampai ke kampung tetangga. Banyak anjing menyambut mereka dengan lolongan. Mereka bertiga tetap bercerita.
Cerita mereka tak terpotong walaupun lolongan-lolongan anjing terus terngiang dan tak menyurutkan niat mereka untuk sampai ke sana. Tujuan mereka ke kampung di ujung jalan.
Sepanjang perjalanan mereka menemui banyak anak-anak, orangtua, lansia, muda-mudi, dan bayi-bayi yang digendong sembari menetek susu ibunya dengan lahap.
Sekawanan burung berada di atas kepala dan beradu kecepatan dengan mereka. Sesekali mengejek dalam pekikan suaranya. Mereka menengok ke atas. Burung-burung itu semakin kencang bersuara, memamerkan suara emasnya. Gumpalan awan memayungi mereka sebagai alas kaki.
Alas kaki mereka dari bekas kresek dan kardus yang dibuang manusia-manusia. Tampak kotor. Bau seperti mayat bergelantungan sepanjang perjalanan.
Perjalanan terhenti tatkala mereka memungut buah-buahan sebagai pengganti nasi dan mengunyah. Jam melebur dalam tubuh mereka yang telah lelah sepanjang berkelana ke ujung jalan di kampung sebelah. Banyak pasang mata menjadi nanar di malam kelana itu. ***Â