kompas.com
Sudah seminggu lebih layanan TransJabodetabek beroperasi. Sudah seminggu pula saya menggunakan jasa transportasi ini. Sejauh ini, pengalaman menggunakan TransJabodetabek sangat menyenangkan.
Ketepatan waktu dan kepastian armada yang akan melayani menjadi nilai utama yang saya sukai dari jenis angkutan ini. Bonus utama lainnya tentu tarif murah. Sebelumnya, saya selalu menggunakan jasa APTB ataupun bus kota. Lokasi kerja yang berada di daerah Slipi Petamburan dan rumah yang berada di Bekasi membuat saya selalu memanfaatkan jasa angkutan umum bus. Bukan kereta. Maklum, saya tak sanggup dengan kebiasaan para rombongan kereta.
Sebelumnya, untuk perjalanan pergi ke kantor, saya menghabiskan hingga 12 ribu rupiah. Namun, kini hanya 3.500 plus 2.000 untuk biaya angkot. Mampu menghemat setengahnya! Jika dulu, ketika menunggu APTB atau bus kota saya harus berharap-harap cemas, apakah ia akan datang atau tidak, apakah ia akan berhenti meski saya sudah melambaikan tangan di halte, tidak dengan sekarang. Jika TransJabodetabek pertama lewat, saya tak perlu khawatir, masih ada bus yang sudah siap di antrean berikutnya yang akan berangkat sekitar 10-15 menit kemudian. Tak perlu pula lelah berdiri di dalam bus yang penuh selama perjalanan dari Bekasi menuju Slipi.
Terlambat sampai kantor? Itu hanya akan terjadi jika terjadi kemacetan luar biasa di jalan protokol atau kehati-hatian luar biasa dari sang pengemudi. Cara mengemudi yang tertib pun menambah rasa aman para penumpang.
Hari ini, TransJabodetabek rute Bekasi – Hotel Indonesia memiliki "anggota" baru. Jika biasanya bus ukuran standar yang melayani, pagi ini bus gandeng milik Transjakarta kebagian tugas mengangkut warga Bekasi menuju tujuan. Daya angkut pun menjadi lebih banyak. Maklum, bus jurusan HI memang sangat populer jika dibandingkan jurusan Tanjung Priok. Sayangnya, terkadang bus gandeng ini tidak melewati Halte Semanggi. Badan bus yang panjang membuat bus ini kesulitan berbelok jika harus mampir dulu ke Halte Semanggi. Halte terakhir yang disinggahi di koridor 9 adalah Halte LIPI.
Kok dari tadi berbicara kelebihan melulu? Humasnya PT Transportasi Jakarta atau PPD ya, mbak?
Bukan. Maklum saja… si pengamat transportasi dadakan ini lagi norak banget karena berasa menemukan belahan jiwa baru. Perjalanan pergi menggunakan Transjabodetabek memang sangat menyenangkan. Kekurangan jadi tertutup, ya kaya orang jatuh cinta aja.
Meski baru seminggu beroperasi, beberapa armada Transjabodetabek memiliki kekurangan. Salah satunya adalah AC yang bocor. Akibatnya, banyak tetesan air di bagian dalam bus dan membuat kotor, seperti baru ada hujan lokal. Ditambah lagi, meski katanya bus ini baru bunyi 'ngak-ngik-ngok' dari dalam bus yang terjadi akibat mengerem membuat seperti ada konser musik biola dadakan di dalam bus.
Perjalanan pergi menggunakan Transjabodetabek sangat menyenangkan. Lalu, bagaimana dengan perjalanan pulang? Pernah sekali saya menggunakan jasa Transjabodetabek jurusan Grogol – Bekasi Timur dalam perjalanan pulang. Hasilnya? Tiga jam kemudian saya baru sampai di rumah. Padahal, jika menggunakan bus kota biasa, 1,5 jam adalah waktu tempuh maksimal. Maklum saja, Transjabodetabek melalui jalan non-tol yang macetnya gila-gilaan. Berjibaku dengan lautan motor dan beberapa kali lampu merah. Sedangkan bus umum melalui tol yang meski-macet-tetap-jalan-dikit-dikit. Kesimpulannya, meski biaya yang dikeluarkan lebih besar jika naik bus umum, saya tetap memilih naik bus umum demi sampai di rumah yang nyaman lebih cepat. Karena, 3 jam di jalan ibu kota, mati gaya banget!
Yaa, begitulah review Transjabodetabek dari pengamat transportasi dadakan kali ini. Semoga semua kebijakan yang dikeluarkan pemerintah selalu lebih baik demi kemaslahatan umat manusia :D