Pemuda itu terbatuk. Agak lama, sambil memegangi dadanya. Dia terlihat kesakitan tiap kali menghela nafas.
Aku menyodorkan segelas air putih padanya dengan penuh rasa iba. “lebih baik mas istirahat saja ….” Ucapku menyarankan.
Tapi pemuda itu menggeleng. “Aku tau umurku nggak akan lama lagi….. jadi… aku mau ngomong sesuatu sama kamu..”
Dahiku mengernyit. Dia mau membicarakan tentang apa padaku? Apa dia mau mengucapkan terimakasih karena aku sudah menolongnya dua hari yang lalu? Ya, kalau saat itu aku tidak menemukan dan menolongnya didasar jurang, mungkin sekarang dia sudah mati. Dia mengalami kecelakaan, mobilnya hilang kendali dan jatuh kedasar jurang yang letaknya dekat dengan desa tempat tinggalku. Keadaannya sangat parah. Dan sepertinya dia pun sadar waktunya tidak akan lama lagi.
Tapi pemuda itu tidak mau dibawa ke Rumah Sakit ataupun di antar pulang ke kotanya. Dia memohon setengah memaksa untuk dirawat dirumah kami saja. Tapi karena rumah kami sempit dan keadaannya tidak memungkinkan, jadi akhirnya kepala desa bersedia menampung pemuda itu dirumahnya. Keluarga kepala desa memang baik, walaupun mereka orang paling kaya disini tapi mereka sama sekali tidak sombong dan suka membantu warganya. Dan aku merasa menjadi gadis paling beruntung karena pak kepala desa baru saja melamarku untuk anak tunggalnya beberapa hari yang lalu.
Hari ini pemuda itu meminta tolong pada nining, temanku, yang bekerja dirumah kepala desa kami sebagai tukang masak, untuk memanggilku. Makanya aku datang kesini, walau jujur saja aku merasa tidak enak dengan dengan keluarga calon mertuaku.
“namaku Erick…aku tinggal dikota yang lumayan jauh dari sini..” dia membuka pembicaraan. “aku punya seseorang yang sangat aku sayangi, dan dia juga sangat menyayangi aku….namanya Laura…” dia terbatuk lagi. Kali ini lebih lama dan membuatnya susah bernafas.
Aku menatapnya khawatir. “ndak apa apa mas..?” tanyaku memastikan.
Dia menghela nafas, lalu tersenyum padaku. “nggak apa apa… aku baik baik aja..”jawabnya sambil menatap wajahku lekat. “Laura itu sangat cantik…. Kaya kamu…” ucapnya memujiku.
Aku setengah tersipu.
Lalu dia meneruskan lagi ceritanya. “kami saling suka selama beberapa tahun…. Lalu pada suatu malam.. aku memberinya sebuah cincin. Dan memutuskan untuk menikahinya. Dia setuju….. malam itu adalah malam yang paling membahagiakan untuk kami berdua…. “ dia tersenyum mengenang masa lalunya. Kulihat semburat kebahagiaan diwajah bersihnya.