Mohon tunggu...
Rennie Meyo
Rennie Meyo Mohon Tunggu... -

Seorang blogger di www.renniemeyo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Hanya Sebuah Rasa

9 September 2016   14:49 Diperbarui: 9 September 2016   15:04 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Aku melangkah keluar dari toko perhiasan itu dengan bibir tersenyum. Sambil memasukan sebuah kotak kecil berwarna merah kedalam saku celana jeansku. Itu adalah kotak cincin dengan satu cincin didalamnya. Bukan cincin bermata berlian yang terlalu mahal, tapi cincin polos dengan ukiran nama disisi dalamnya.

   Sempat terbayang dipelupuk mataku bagaimana caraku memberikan cincin itu padanya. Jantungku terasa sedikit berdebar saat berusaha menerka nerka bagaimana reaksinya nanti. Mungkin aku akan bilang… kamu mau nggak jadi pacarku? Atau, mungkin aku cuma akan memberikan cincin itu padanya dan membiarkannya megartikan perasaanku. Seperti yang selama ini dia lakukan.

   Aku berhenti melangkah.

   Di seberang jalan sana, kulihat dia. Dengan tshirt pink dan celana jeans ditambah sepatu kets berwarna putih. Terlihat simple seperti biasanya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai dengan pita kecil disisinya. Manis. Dan bertambah manis saat kulihat senyum lebar dibibirnya yang berwarna kemerahan. Tapi sayangnya, senyumnya bukan untukku.

   Aku terdiam saat menyadari dia tidak sendiri. Ada seorang cowok bersamanya. Mereka baru saja keluar dari sebuah kafe. Kulihat mereka berdua tersenyum lebar sambil mengobrol. Tampak akrab sekali. Dan aku sama sekali tak merasa aneh dengan hal itu. Karena dia…. tipe cewek yang menyenangkan untuk diajak bicara. Dia bisa membuatmu tertawa, membuatmu tersipu, dan akhirnya membuatmu mengaguminya. Aku, dan hampir semua cowok yang mengenalnya mungkin merasakan hal yang sama. Dan kupikir memang benar mereka merasakan hal yang sama, karena bukan sekali dua kali aku melihat seseorang menyatakan cinta padanya secara terang terangan.

   Seperti apa yang tengah kulihat saat ini.

   Tanpa sadar aku mengikuti langkah mereka. Tak seberapa jauh, tapi berusaha agar tak terlihat oleh mereka. Sakit? Ya, aku merasa ada sebuah jarum kecil yang menusuk kedalam hatiku dan membuatnya berdarah. Tapi toh siapa aku? Bahkan aku tak berhak untuk memberitahukan rasa sakitnya.

   Cowok itu berhenti di kedai es krim. Dia membeli dua buah es krim untuk mereka. Aku melihat dia menerima es krim dari cowok itu dengan senyum lebar dan mata berbinar binary. Ekspresinya yang seperti itu, yang selalu membuatku ingin memberikan apapun yang aku bisa agar aku bisa melihatnya selalu seceria itu saat dia bersamaku. Seperti ada kekuatan dalam hatiku saat dia menunjukkan kebahagiaannya didepanku. Dan itu yang sekarang membuatku mengerti, bahwa saat kita menyayangi seseorang, kebahagiaan merekalah yang membuatmu bahagia. Terutama saat kamu tau bahwa kamulah alasannya.

   Mereka berjalan lagi. Masih asyik bicara, dan aku masih mengikuti. Mungkin terlihat seperti orang bodoh. Tapi ya, itulah yang kurasakan tiap kali aku bersamanya. Karena kadang aku tak punya kata kata lagi untuk menggambarkan bagaimana perasaanku sendiri. Aku adalah orang yang berpikir logis. Yang selama ini selalu mengutamakan logika diatas segalanya. Yang hampir tak mempercayai bahwa ada sesuatu yang hanya sebuah rasa,tapi begitu kuatnya sampai membuatmu tak berhenti tersenyum bahkan saat kamu sendirian. Membuatmu memikirkan sesuatu yang belum pernah terjadi tapi terlihat nyata dipelupuk mata. Dan membuatmu mengharapkan sesuatu yang mungkin terdengar gila. Aku tak pernah merasakan yang seperti itu sebelumnya. Hingga dia datang dan menunjukkan rasa itu padaku. Dikeheningan malam, aku sering melihatnya tersenyum didepan mataku dan berbisik…. “Itu cinta.”

   Mereka berhenti. Kulihat cowok itu memberi isyarat padanya untuk menunggu disitu. Lalu cowok itu berlari pergi menyebrangi jalan dan kulihat masuk kesebuah toko boneka. Beberapa saat kemudian dia kembali.dengan sebuah boneka besar dipelukannya. Boneka teddy bear berwarna pink dan terlihat sangat lembut yang besarnya hampir menutupi badan cowok itu.

   Dia tertawa dan menatap boneka besar itu dengan takjub. Kulihat dengan polos dia memujinya. Bahkan tangannya memainkan tangan boneka teddy bear itu dengan senangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun