“sudah sore, wulan….. ayo kuantar pulang..” ucapnya.
Aku mengangguk, dan kemudian berjalan mengikutinya keluar dari dalam kamar itu.
* * * *
Keesokan harinya kudengar kabar bahwa pemuda itu sudah meninggal. Warga desa segera menguburkannya dipemakaman desa kami karena pemuda itu tidak ingin jenazahnya diantarkan pulang ke kotanya.
Yang mengantar kepemakaman cuma sedikit. Mungkin karena pemuda itu memang orang asing disini.
Aku menaburkan sisa bunga ditanganku diatas gundukan kuburan yang masih berwarna merah itu. Sementara nining dan ayu sudah bersiap untuk pulang. Lalu kami bertiga berjalan beriringan pulang kerumah kami.
“kasihan Erick….. dia menjadi salah satu korban jurang didekat desa kita….” Nining menyayangkan.
“iya, hampir setiap bulan ada saja kecelakaan mobil dijurang itu..” Ayu menimpali. “dan hampir semua korbannya ndak selamat…” ucapnya prihatin.
“iya… kecuali Wulan….” Nining tersenyum padaku. “mungkin karena Wulan itu jodoh yang dikirim gusti Allah buat den Arya… kalau ndak ditolongin den Arya, mungkin Wulan juga ndak selamat karena kecelakaan mobil dijurang itu sebulan yang lalu….”
Ayu merangkul bahuku dari samping. “Mudah-mudahan saja suatu hari nanti kamu bisa ingat nama dan dari mana asal kamu sebelumnya ya, lan…”
Tamat