Pernah mendengar istilah, ‘tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina?’ kita semua pernah mendengarnya sejak duduk dibangku sekolah dasar. Bahkan sampai sekarang, kata- kata itu masih terngiang- ngiang ditelinga. Namun nyatanya, ilmu pengetahuan tidak selalu memberikan kita harapan baru untuk melanjutkan hidup. Karena tanpa disadari, ilmu pengetahuan terkadang adalah sesuatu yang sangat menakutkan bagi sebagian orang.  Bahkan beberapa diantara mereka lebih memilih untuk tidak tahu apa- apa.
Hal terpenting didunia ini adalah ilmu pengetahuan. Dari sana kemudian akan muncul ide dan gagasan yang mampu merubah apa yang sudah ada. Baik teknologi, fashion, cara berpikir, ataupun peradaban. Bahkan dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, banyak opini yang kemudian menjadi sebuah acuan dalam membentuk sebuah fakta baru untuk merubah persepsi yang sudah ada. Tapi sadarkah kita, ilmu pengetahuan hanyalah sebuah sarana?
Tidak ada yang menyangka bahwa ilmu pengetahuan adalah sebuah sarana. Sarana untuk mencapai sesuatu yang lebih besar dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Dia adalah kebenaran. Sesuatu yang dicari semua orang yang ada didunia ini. Tidak peduli seperti apa rupanya, latar belakangnya, suku, atau aliran kepercayaan, semua dari kita mencari kebenaran. Lalu dimana sisi menakutkannya ilmu pengetahuan?
Ada dua macam manusia didunia ini. Mereka yang pesimis dan mereka yang optimis. Dan cara mengetahui siapa masuk golongan mana, adalah dengan ilmu pengetahuan. Seperti misalnya ketika kita ingin mememulai sebuah bisnis. Orang yang masih awam tentu akan mencari informasi sebanyak mungkin tentang bisnis yang ingin dimulainya. Seperti misalnya mencari tahu tentang peluang, asset, hitung- hitungan laba dan rugi, cara mencari pegawai, bahkan tantangan lainnya. Banyaknya informasi yang didapatkan inilah yang dapat kita jadikan sebagai tolak ukur mengetahui sifat seseorang.
Bagi Si Optimis, tentu banyaknya informasi yang didapatkan akan menjadi batu loncatan baginya. Semuanya menjadi seperti peluru cadangan bagi dia yang ingin pergi ke medan tempur. Mentalnya semakin terbentuk dan fisiknya semakin mantap. Tidak ada lagi yang bisa menghentikan dia. Tapi ini berbeda dengan Si Pesimis. Semakin banyak informasi yang dia dapatkan justeru akan membuatnya semakin berat untuk melangkah. Informasi yang didapatkannya seakan- akan menjadi gunung yang membebaninya. Dia tidak siap menerima kenyataan bahwa apa yang diinginkannya tidaklah semudah apa yang dikira sebelumnya hingga akhirnya dia berhenti tanpa melakukan apa- apa lagi.
Ilmu pengetahuan memang sama seperti segala yang ada didunia ini. Dia terikat oleh sebuah hukum universal yang berlaku pada semua hal. Yaitu memiliki sisi positif dan sisi negatif. Walaupun sebenarnya itu dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa kuat mental kita dalam menghadapi kebenaran. Karena sejatinya, ilmu pengetahuan sama halnya seperti papan penunjuk arah dijalan protokol. Bukanlah papan petunjuk itu  yang ingin kita capai, melainkan petunjuk/ informasi cara untuk mencapai apa yang hendak kita tuju.
Lebih menakutkannya lagi, mereka yang sebenarnya tidak menerima kenyataan dari ilmu pengetahuan lalu membual sejadi- jadinya seakan- akan mereka berani menghadapi kenyataan. Seperti halnya kematian. Tidak ada yang yang tahu seperti apa kehidupan pasca kematian. Tidak ada ilmu pengetahuan tentang itu. Bahkan sangat diragukan bahwa setelah kematian akan ada kehidupan baru. Karena tidak ada orang yang sudah meninggal kembali hidup untuk menceritakan pengalamannya selama ada disana. Itulah yang terjadi. Namun bagi mereka yang tidak menerima apa yang dikatakan oleh ilmu pengetahuan ini, membual sejadi- jadinya seperti seakan- akan dia pernah meninggal lalu hidup lagi untuk berbagi kisah. Hal inilah yang kemudian menggeser pengetahuan yang real menjadi pengetahuan yang mengada- ngada dan tidak jelas. Inilah yang dimaksud sisi menakutkan yang dimaksud.
Ilmu pengetahuan memang adalah hal yang harus dicari. Karena dari sanalah kita dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang akan kita hadapi sebentar lagi. Bahkan semakin banyak akan semakin baik. Namun ternyata untuk mendapatkannya, mental termasuk hal yang harus disiapkan. Itulah kenapa pendidikan masing- masing dari kita tidak sama. Ada yang sampai mendapatkan gelar dari Universitas luar negeri tapi juga ada yang hanya lulus sekolah dasar di kampung terpencil didaerah pinggiran. Karena dengan mental yang kuat kita akan selalu siap menerima kenyataan yang sebenarnya tidak kita ingin tahu.
Contoh mudahnya adalah seperti tentang kejadian tabrak lari yang terjadi dijalan. Tidak ada yang mengenal siapa yang jadi korban, tersangka, dan juga tidak ada yang tahu bagaimana itu semua bisa terjadi. Ada banyak yang menjadi saksi dari kejadian itu namun setelah pihak yang berwajib melakukan olah TKP dan mencari saksi kunci, semua yang melihat kejadian itu seakan- akan hilang. Bahkan sebelum itu terjadi, banyak kejadian, sama sekali tidak ada orang yang mau menolong korban yang sedang sekarat karena takut terbebani biaya rumah sakit yang mencekik leher. Mereka seperti memilih untuk menyangkal bahwa mereka mengetahui apa yang terjadi hanya karena mereka mengetahui resiko apa yang menanti mereka jika mereka menolong korban. Mulai dari waktu yang terbuang, tenaga yang terkuras, menjadi saksi di kepolisian, bahkan terbebani biaya rumah sakit. Semua pengetahuan akan hal itu menjadikan manusia kehilangan sisi manusiawinya terhadap sesama.
Ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat vital didunia ini. Tidak ada yang dilarang dalam ilmu pengetahuan. Semuanya hak, benar. Bahkan jika kita ingin mengetahui hal- hal yang dijauhi orang sekalipun. Seperti misalnya Narkoba. Tidak ada yang melarang kita mencari tahu tentang Narkoba. Karena memang itu yang dilakukan oleh pihak yang berwajib atau BNN. Mereka memberikan informasi sebanyak- banyaknya dan sesering- seringnya tentang narkoba ke masyarakat umum. Yang salah dari itu semua adalah bagaimana sikap kita setelah mendapatkan ilmunya.
Atau sama juga dengan pertanyaan, apakah balajar ilmu pencurian itu baik? Banyak yang mengatakan bahwa ilmu tentang pencurian adalah sebuah kejahatan walaupun nyatanya tidak. Ilmu pengetahuan adalah tentang kebenaran. Begitu juga ilmu pengetahuan tentang kejahatan. Karena jika tidak dipelajari, bagaimana pihak yang berwajib membasmi kejahatan? Bagaimana mereka tahu kapan kejahatan biasanya terjadi? Atau bagaimana cara mereka mengantisipasi sebuah kejahatan agar tidak terjadi lagi? Semua itu hanya bisa terjadi manakala ilmu pengetahuan itu digunakan sebagai mana mestinya. Yang salah adalah bagaimana kita menyikapinya sehingga menggunakan ilmu itu untuk sesuatu yang salah.