9 Maret 2016 adalah hari yang penting karena pada hari ini gerhana matahari total kembali terjadi di Indonesia dan dibarengi oleh hari raya Nyepi bagi umat agama Hindu. Jika dilihat secara kasat mata, tidak akan terlihat adanya persamaan dari kedua kejadian ini. Namun bagi beberapa orang, dua hal yang berbeda tersebut sesungguhnya memiliki dua buah persamaan yang tidak banyak diketahui oleh kebanyakan orang. Kesamaan itu adalah keyakinan akan sosok Batara Kala.
Dalam ajaran Hindu, Kala adalah putera Dewa Siwa yang bergelar sebagai dewa penguasa waktu (kata Kala berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya waktu). Dewa Kala sering digambarkan sebagai raksasa yang berwajah menyeramkan dan hampir tidak menyerupai seorang dewa. Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapapun tidak dapat melawan hukum karma. Apabila sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia fana, maka pada saat itu pula Kala akan datang menjemputnya. Jika ada yang berkeras ingin hidup lama dengan kemauan sendiri, maka ia akan dibinasakan oleh Kala. Maka dari itu wajah kala sangat menakutkan agar bersifat memaksa orang untuk tunduk pada batas usianya.
Selain dikenal sebagai dewa oleh umat Hindu dan dikenal sebagai tokoh pewayangan, Batara Kala juga melekat dalam keyakinan masyarakat Jawa saat terjadinya Gerhana Matahari Total. Masyarakat jawa meyakini sebuah kisah yang menceritakan saat Batara Kala memiliki keinginan untuk hidup abadi. Oleh karena itu dia hendak mencuri Tirta Amerta (air keabadian) dari khayangan. Namun keinginannya tersebut diketahui oleh Batara Guru yang langsung melemparkan cakram pada saat Batara Kala hendak meminum Tirta Amerta. Lemparan cakram ini membuat kepala Batara Kala terpisah dari tubuhnya.
Namun ternyata Tirta Amerta yang baru sampai mulut Batara Kala terbukti keampuhannya. Batara Kala tidak mati dan hendak menuntut balas kepada Batara Guru. Batara Kala yang marah pun melampiaskan kemarahannya dengan memakan matahari agar bumi menjadi gelap. Kepala Batara Kala melayang- layang di angkasa sedangkan tubuhnya yang berada dibumi berubah menjadi lesung padi. Dan masyarakat jawa meyakini degan memukul lesung padi tersebut menjadikan Batara Kala merasa geli dan memuntahkan kembali matahari. Itulah kenapa ketika terjadi gerhana matahari total, masyarkat jawa membunyikan lesung padi dengan alu agar gerhana cepat berlalu dan bumi kembali disinari matahari.
Dari segi keyakinan umat Hindu, terdapat pula sebuah upacaranyang ditujukan kepada Batara Kala dengan maksud agar Batara Kala tidak mengganggu umat. Upacara tersebut bernama upacara Buta Yadnya yang dilakukan sehari sebelum perayaan nyepi, yaitu pada Tilem Sasih Kesanga atau Bulan Mati Yang Ke-9. Upacara ini biasanya dilakukan dengan cara mengambil salah satu dari jenis- jenis Caru yang merupakan sejenis sesajian menurut kemampuan masing- masing orang.
Tidak hanya sekedar mengambil makanan, Mecaru juga diikuti dengan upacara Pengerupukan yang dilakukan dengan cara menyebar nasi tawur, mengobori rumah dan pekarangannya, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu serta membuat suara gaduh dari benda apa saja. tujuannya adalah sama dengan upacara Buta Yadnya. Yaitu untuk mengusir Buta Kala atau Batara Kala dari lingkungan rumah. Khusus Bali, Buta Kala biasa di gambarkan dengan ogoh-ogoh yang diarak keliling lingkungan untuk kemudian dibakar.
Bagi banyak orang mungkin hari raya Nyepi yang bersamaan dengan fenomena gerhana matahari total adalah sebuah kebetulan semata. Namun bagi orang yang mengerti akan keyakinan- keyakinan yang ada pada masyarkat, kejadian ini tentu bukanlah sebuah kebetulan. Melainkan sebuah pertanda. Karena seberapa sering Nyepi yang biasa dilakukan untuk introspeksi diri umat Hindu bersamaan dengan datangnya gerhana matahari total?
Tapi petanyaannya adalah pertanda akan apa? Opinipun banyak bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Dan jika memang Batara Kala adalah dewa waktu, biarlah waktu yang menjawab apa yang akan terjadi didepan sana. Apakah kejadian besar atau kejadian yang tidak terlalu berdampak bagi kehidupan manusia? Kita berharap saja semua akan baik- baik saja karena tidak ada yang bisa menjawabnya.
Â
referensi: Wiki/BataraKala, GNFI
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI