Kita semua sudah sering mendengar isu tentang kejadian Perang Dunia ke 3 yang sebentar lagi akan terjadi. Negara- negara adikuasa sedang bersiap diri melengkapi perlengkapan perang mereka untuk mengalahkan lawan- lawannya. Mulai dari Nuklir sampai dengan perang ekonomi. Bagusnya, itu semua masih berupa isu. Tapi bagaimana jika itu benar dan terjadi besok?
Kita semua adalah generasi muda dimana tidak ada dari kita yang merasakan seperti apa keadaan saat perang dunia pertama dan kedua berlangsung. Namun, dari sejarah kontemporer, kita semua tahu bahwa perang dunia adalah sesuatu yang sangat mengerikan.
Saat itu merupakan saat dimana kekuasaan dunia terbagi menjadi dua. Negara lemah bergabung dengan negara yang kuat demi mendapatkan perlindungan, jutaan peluru melesat cepat tanpa ada yang mampu menghalangi, bom meledak tanpa peduli tubuh siapa yang hancur, ribuan tentara tewas saat tugas dan lebih banyak lagi orang yang menderita karena kehilangan sanak family, harta benda, penyakit, kelaparan, amputasi, bahkan menjadi bulan- bulanan tentara lawan.
Perang dunia adalah sejarah yang tidak akan mungkin bisa dilupakan oleh masyarakat dunia. Begitu banyak penderitaan disana walaupun juga ada pelajaran yang bisa diambil agar kesalahan pada masa itu kembali terulang lagi. Tapi ada satu pengetahuan baru yang didapatkan dari kejadian sejarah ini, manusia tidak selamanya manusiawi.
Banyak yang mengatakan bahwa perang dunia ke 3 merupakan hoax. Tidak akan terjadi. Isu- isu yang bersifat politik. Namun apakah itu benar? Bagaimana jika perang dunia ke 3 sebenarnya sudah sangat dekat namun berita kedatangannya tertutup rapat dari masyarakat luas dan tiba- tiba…. Apakah kita sudah siap?
Siapa yang berkuasa di dunia saat ini? negara mana yang memiliki kekuatan yang cukup besar untuk ‘mengguncang’ dunia? Amerika? Rusia? Tiongkok? Korea? Kita tidak akan membahas itu. Kita akan membahas ‘sudah seberapa siap kita jika itu benar- benar terjadi?’
Mari kita berhenti melangkah sejenak. Hilangkan pikiran tentang pekerjaan apa yang sudah menunggu besok hari, makan apa kita besok, atau apakah kita akan mandi besok pagi. Mari kita merenung sudah seberapa besar persiapan kita untuk menghadapi ‘kejadian besar’ yang, semoga saja tidak, akan terjadi sebentar lagi.
Seperti kita semua tahu bahwa perang merupakan sebuah kejahatan. Itu merupakan tindakan yang tidak mencerminkan kemanusiaan, menghabiskan biaya, menelantarkan negara, merusak alam, ataupun hal- hal negatif lainnya. Namun sayangnya, tidak semua orang setuju dengan pendapat ini.
Saat perang terjadi, katakanlah ada dua negara besar yang terlibat perang, negara- negara yang berperang akan menjadi pusat perhatian dunia. Dan ketika perang semakin membesar, negara- negara lemah akan bergabung menjadi sekutu negara kuat demi mendapatkan perlindungan. Itulah saat dimana dunia terbelah menjadi dua bagian: blok timur dan blok barat. Lalu apa hubungannya dengan Indonesia?
Seperti kita semua tahu, perang identik dengan peluru, meriam, granat, kawat duri, ataupun tank dan pesawat serta nuklir. Namun satu hal yang sering kita lewatkan, perang membutuhkan biaya.
Negara- negara yang terlibat perang biasanya adalah negara- negara super power. Mereka adalah negara yang sangat dihormati, disegani, bahkan negara yang dijauhi. Dan salah satu indikator sebuah negara disebut sebagai negara super power adalah jumlah uang yang dimilikinya. Namun sayangnya, terkadang uangnya itu kebanyakan di pinjamkan kepada negara- negara kecil dan berkembang. Dan jika mereka terlibat perang, mereka membutuhkan biaya, negara- negara yang berhutang kepada mereka akan menjadi korban. Negara kecil yang ditagih hutang seperti seorang pengangguran di tagih cicilan motor oleh lising. Bingung, panik, tersudut, sedih, melarat, dan tidak bisa melakukan apa- apa.