Dalam kehidupan sosial manusia misalnya. Mencuri merupakan salah satu hal yang dilarang oleh hukum. Karena itu merugikan orang lain. Tidak peduli siapa yang melakukannya, dimana dia melakukannya, kapan dia melakukannya, ataupun seberapa besar yang dia curi. Kesepakatan paham bahwa mencuri merupakan sebuah kesalahan inilah yang akhirnya membentuk kebenaran universal  yang diakui oleh siapapun. Hingga akhirnya siapapun yang melakukannya haruslah mendapatkan hukuman.
Dalam hukum Islam, seorang pencuri mendapatkan hukuman potong tangan. Namun karena Tuhan maha adil dan maha bijaksana, hukuman potong tangan inipun membutuhkan persidangan terlebih dahulu untuk bisa dilaksanakan. Karena dengan begitu, terdakwa sekalipun, akan mendapatkan haknya untuk membela diri walaupun sebenarnya dia benar- benar bersalah. Bahkan jika terbukti bersalah namun korban tidak menghendaki pencuri mendapatkan hukuman potong tangan dan memaafkannya, bisa jadi hukuman ini tidak akan diberlakukan. Inilah adilnya Tuhan. Bahkan bagi mereka yang jelas- jelas bersalah tetap saja diberikan hak untuk keadilan.
Kehidupan duniawi adalah kehidupan yang sementara namun sangat membuai. Sama seperti kita yang ingin bangun pagi setelah tidur nyenyak sebelumnya. Sangat berat meninggalkan tempat tidur untuk kembali beraktifitas bahkan beberapa orang lebih memilih untuk melanjutkan istirahatnya dibandingkan untuk beraktifitas. Padahal mereka tahu tidur hanya sementara dan justeru terlalu banyak melakukannya akan membawa kesulitan tersendiri bagi mereka.
Dijadikan terasa indah pada pandangan manusia cinta terhadap apa yang diiinginkan, berupa perempuan- perempuan, anak- anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik. (Qs. 3:14)
Diatas adalah apa yang dikatakan oleh Tuhan tentang kehidupan duniawi. Semuanya sudah ditetapkan oleh-Nya. Dan ketetapan itu menjadi hukum universal yang mengikat semua manusia sejak dahulu kala. Tidak peduli mereka yang tidak mengenal Tuhan ataupun yang mengenal Tuhan dengan baik, mereka yang taat atau tidak taat, mereka tetap terkena hukum universal ini. Perbedaannya hanya cara mereka mengendalikan nafsu untuk memilikinya.
Perempuan- perempuan adalah analogi dari pasangan- pasangan atau bahasa kasarnya: pemuasan nafsu sex; anak- anak adalah keluarga; emas itu uang; perak merupakan perhiasan; kuda pilihan adalah kendaraan mewah yang diidam- idamkan; hewan ternak dan sawah ladang yang merupakan investasi bisnis. Semua hal itu merupakan hal- hal yang dicari oleh semua manusia sejak dahulu kala. Karena itu semualah kemudian manusia saling menyakiti satu sama lain.
Seperti dikatakan diatas, perbedaan mereka yang taat dengan mereka yang tidak adalah pada bagaimana mereka memandang semua hal itu. Mereka yang tidak taat kepada Tuhan memandang semuanya itu sebagai sebuah tujuan dalam hidup. Mereka dibutakan sehingga memandang apa yang ada didunia ini harus segera dimiliki walaupun dengan menggunakan cara- cara yang tidak wajar. Itulah kepuasan bagi mereka. Namun bagi mereka yang taat kepada Tuhan, semua hal diatas dijadikan sebagai sarana bagi mereka untuk lebih dekat dengan Tuhan. Jadi walaupun mereka tidak memiliki semuanya itu secara utuh, hanya seperlunya saja, mereka tidak akan mendapatkan masalah karena bagi mereka tujuan mereka hidup bukanlah untuk itu. Melainkan untuk mengabdi kepada Tuhan.
Dua golongan manusia ini adalah manusia saat ini. Walaupun jumlahnya sangat berbeda jauh antara satu dengan yang lainnya. Itulah kenapa mereka yang mencoba taat kepada Tuhan dengan menjalankan segala perintah-Nya terkadang mendapatkan tekanan dari mereka yang tidak mengenal Tuhan yang merupakan mayoritas. Namun walaupun seperti itu, mereka yang tidak mengenal Tuhan sudah mengerti bahwa semua yang terjadi saat ini merupakan kejadian yang memang harus terjadi karena ini adalah apa yang pernah terjadi pada waktu yang lalu.Â
Mereka mengerti bahwa setiap ketetapan dari Tuhan, walaupun itu menyusahkan mereka, pasti akan berakhir. Itu karena mereka mengenal Tuhan. Mereka mengenal sifat- sifat Tuhan sehingga mereka dengan mudah memahami seperti apa Tuhan bergerak dan beraktifitas. Berbeda dengan mereka yang tidak mengenal Tuhan yang hanya mengenal Tuhan melalui cerita- cerita imajinatif yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Lalu yang manakah kita? sudahkah kita mengenal Tuhan? Atau sudah seberapa dekat kita dengan kehidupan dunia?
Rennata Heriatna/ Rennata62.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H