0 Advanced issues found▲
Aku membiarkan tubuh berpasrah pada waktu. Semoga istirahat ini memberi ketenangan pada tubuh yang sejak hari lalu diajak berlaku, nyaris tak kenal waktu. Maka, detik demi detik, bantal, guling, selimut adalah bagian dari diri yang tak terpisahkan. Selain semangkuk bubur dan sup ayam, pengisi perut agar tidak kelaparan.
Mendadak kamu hadir, membesukku. Membuatku kaget tak karuan. Senyummu nan menawan, tiada berubah dari masa kita pernah bersama. "Ayo masuk," ajakku mempersilahkan. Kamu cuma tersenyum, melangkah perlahan. Di pinggir tempat tidur, kamu berdiri saja menatap.
Tanpa banyak suara, mata kita beradu pandang. Tanganmu meraup keningku pelan seperti hendak bilang, "Aku sayang kamu... Terimakasih untuk semua. Cepat sembuh.." Sekejap, langsung mataku terbuka. Kamu tak ada di sana. Di mana kamu? Tanpa disuruh, tanganku saling mengatup dan mulut berujar pelan, "Kamu... Damai abadi di sana ya... Terimakasih sudah bertandang." (anj 19)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H