Â
Sejak dahulu dia sudah dikenal sebagai aktivis kampus. Banyak kegiatan dia lakukan demi yang disebutnya dengan perjuangan. Ajaran Yesus untuk membela yang lemah dan miskin menjadi acuannya selama ini. Banyak hal juga sudah ia relakan demi cita-citanya itu.
Teguran dari keluarga, sindiran dari teman-teman tidak akan pernah mempan.
Di kepalanya hanya ingin bisa mewujudkan idealism dan cita-citanya selama ini.
Tubuh berisinya dulu sempat kurus membuat pangling orang-orang. Pacar cantik yang sudah susah payah ia dapat, sebab termasuk kembang kampus, akhirnya tak kuat juga mengimbangi dinamika dan semua hal yang dia sebut dengan perjuangan itu.
Ibu yang sangat dia hormati pun, menyerah juga ketika berulangkali diminta pulang kampung tak pernah ditanggapi bahkan saat kondisi kesehatan ibunya itu menurun. Ia cuma menyempatkan diri untuk menelpon ibunya saja.
Sampai ketika surat itu harus ia dapati dan baca dengan sungguh-sungguh.
Surat peringatan dari rektor melalui jurusannya yang mengingatkan batas waktu perkuliahannya. Jika dalam batas waktu itu ia tidak bisa menyelesaikan kuliah dengan baik, maka dia tidak akan dianggap lagi sebagai mahasiswa atau pilihan lainnya segera mengundurkan diri saja.
Saat itulah hari tergundah dan tergalau seumur hidupnya.
Baru kali itu ia tak bisa menomorsekiankan atau bahkan menyelepekan surat peringatan tersebut. Apalagi di kepalanya sudah mulai muncul dugaan-dugaan atas kondisinya diri sendiri saat itu.
Sungguh. Ia harus bisa segera memutuskan sesuatu untuk dirinya sendiri.