Miskin adalah cerita lama dan selalu menimbulkan permasalahan yang meresahkan, dan Juga sudah ada di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); Permasalahan ini menjadi persoalan dunia, dimana MDGs mencoba memberikan solusi untuk menangani permasalahan ini.Solusi ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur dalam menyelesaikan segala persoalan terkait kemiskinan di seluruh dunia. Jangan beri Ikan, tapi beri kail Istilah ini sering kita dengar ketika seorang fasilitator mencoba membangun kesadaran masyarakat untuk tidak membiasakan diri untuk meminta bantuan.Â
Adanya program-prgoram bantuan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga lainnya menjadikan masyarakat biasanya menjadi sangat manja, mudah meratap dan gampang putus asa. Dampak negatifnya terjadi kecemburuan sosial yang berujung pada meningkatnya angka kriminalitas, angka depresi dan lainnya. Sehingga menjadi generasi yang tidak berguna.Â
Di satu sisi pendapat ini bisa jadi benar, namun di sisi lain bisa jadi kurang tepat. Karena tidak semua kelompok masyarakat benar-benar membutuhkan fasilitasi berwujud pendampingan, namun membutuhkan fasilitasi kebutuhan yang benar seperti makanan, minuman, pakaian, pendidikan dan sebagainya. Masalah kesadaran, penyadaran,menyadarkan dan segala bentuk definitif yang berkaitan dengan kesadaran sosial bisa menjadi prioritas nomor kesekian apabila kebutuhan fisik sudah terpenuhi. Bencana alam, kebakaran massal, perang, adalah sedikit dari sejumlah faktor nyata kenapa masyarakat sebuah negara menjadi miskin, bukan hanya sekedar bahwa manusia itu malas, tidak punya pendidikan dan tidak bisa menangkap atau memanfaatkan kesempatan yang ada untuk keluar dari status kemiskinan. Tapi apakah angka kemiskinan yang seperti itu sangat besar di negeri ini sehingga harus menghabiskan anggaran yang besarnya triliunan?Â
Sepertinya harus dipikirkan dan didata kembali angka yang valid, sehingga penanganan masalah kemiskinan tidak berkutat dalam program charity yang membuat masyarakat tidak kreatif.Â
Perlu diingat bahwa masyarakat Indonesia tiba-tiba persentasinya naik menjadi 50 % per tahun 2011 !!! Apakah ini berarti bahwa program-program pendampingan pro poor yang seharusnya diharapkan bisa menurunkan angka kemiskinan benar-benar tidak efektif ? Atau malah pendampingan sosial justru lebih menyadarkan masyarakat mampu agar 'pintar-pintar' memposisikan dirinya supaya sama seperti masyarakat awam lainnya yang kurang mampu yang sebenarnya lebih pantas mendapatkan perhatian ?Â
Belum lagi ditambah dengan sikap masyarakat yang tidak peduli dengan kriteria miskin yang telah ditetapkan misalnya dalam BLT, JAMKESMAS dan program charity lainnya. Sehingga menimbulkan salah sasaran bagi penerima manfaatnya. Ketika Masyarakat harus Cerdas MDGs telah memberikan arahan yang jelas untuk penanggulangan kemiskinan secara tuntas. Dimana ketika masyarakat sedang lapar bukan hanya diberi makan saja. Ketika sudah kenyang, mereka harus diajak berfikir untuk mencoba keluar dari kemiskinan. Tampung semua keluhan mereka, dari sisi kesehatan, lingkungan, keahlian yang sangat minim sampai pada masalah permodalan usaha.Â
Kemudian ajak diskusi dengan mereka bagaimana caranya untuk keluar dari kukungan kemiskinan. Keinginan yang diharapkan dijadikan acuan yang realistis dan sangat mungkin untuk direalisasikan. Hal ini harus digabungkan dengan potensi pemecahan permasalahan dari lingkungan terdekat dahulu. Karena setiap wilayah (contoh Desa) pasti ada potensi pemecahan masalah, biasanya masyarakat telah tahu pemecahanannya, tapi berat untuk menjalankannya. Memang perlu leader/fasilitator yang handal, perlu waktu untuk merubah paradigma yang terbiasa pasrah menjadi jiwa pejuang.Tapi itu adalah proses belajar, dimana ketika ingin mewujudkan masyarakat cerdas perlu waktu untuk belajar. tidak semudah membalikan telapak tangan. Prinsip Membangun masyarakat Cerdas:
1. Jadikan kejujuran hal yang paling utama
2. Jangan pikir nanti jadi apa, tapi pikirkan apa yang harus dikerjakan sekarang untuk persiapan masa depan
3. Dapat membangun lembaga yang dipercaya
4. Dapat merencanakan kegiatan untuk 3 tahun kedepan apa yang akan dilakukan