Mohon tunggu...
Reni Wulandari
Reni Wulandari Mohon Tunggu... -

Pemudi yang punya banyak mimpi Untuk Indonesia sejahtera bercita-cita sebagai penulis handal, \r\nbiarkan pena bicara....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Membunuh Secara Perlahan

8 Juli 2011   04:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

membunuh perlahan-lahan... hahahaaa.. lebay ni judul.. tapi tak apa... cari sensasi..
Fenomena ini selalu terlihat dan dihadapi tiap tahun, entah sampai kapan, ya sampai kapan? Setiap moment ini, setiap waktu ini, selalu seperti ini, apalagi dalam bulan ini kita akan menghadapi beberapa moment besar. Tahun ajaran baru, menjelang ramadhan dan hari raya, kemudian ya kemerdekaan RI. Berbagai surat kabar dan elektronik banyak mengabarkan hal ini, mengabarkan hamper semua daerah mengalaminya, sungguh kita kemungkinan besar tidak akan pernah lepas dari ni penyakit tahunan jika tidak difokuskan untuk membasminya. Mendengar keluhan ibu-ibu rumah tangga, penjual di pasar maupun membaca beberapa artikel menjadilah diri berfikir sampe kapan ya kasus ini berlangsung, ya ini sudah jadi sunatullah kali ya ( hahaaa, ketawa saja) why? Karena tiap taun inflasi selalu menyerang jika menjelang moment-moment besar seperti ini, juli awal ini aja pak rusman heriawan memprediksi inflasi mencapai lebih dari 0,55% mengingat inflasi bulan juni kemarin emang sudah 0,55% namun masih kata beliau inflasi blm sampe ke 1% waaah jangan sampe deh dg inflasi 1%. (cek http://nasional.kontan.co.id/v2/read/1309937399/72116/BPS-Inflasi-bulan-Juli-bakal-di-atas-055)
So whats wrong with its? Hay.. ayoooo banguuuun.. ini berdampak yang luar biasa neng, bisa membunuh rakyat perlahan-lahan ni, jika kenaikan bahan-bahan pokok terus merambat naik tapi tak diimbangi dengan tingkat produktifitas dan kesejahteraan. Klo menurut dosen saya ni bapak erani ya ini akibat spekulan yang berkeliaran dengan bebas ditambah pasokan produksi yang kurang pada moment tertentu, klo ni spekulan masih jalan berlegak lenggok di jagad perdagangan dengan bebasnya hmmmm, pasti dah bisa diprediksi kan? Ya bisa membunuh rakyat perlahan-lahan (maaf agak dilebaykan) ni klo pemerintah ndak serius menangani spekulan dan pasokan produksi ya bakalan terus kayak gini bahkan akan beranjak naik ni angka inflasi, eeh lebih detail baca pendapatnya pak erani di harian suara karya disini http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=282350
Ya pastilah pemerintah melakukan banyak kebijakan untuk saat ini bapak presiden pun tak mau kecolongan untuk moment ini, beliau pada sidang paripurna tanggal 7 kemarin memberikan arahan kepada menteri coordinator perekonomian Hatta Rajasa, untuk terus menjaga stabilitashargadengan operasi pasar, ya kalo kata bapak Hatta Rajasa ni persedian beras di bulog masih mencukupi untuk moment-moment besar itu, lebih lengkap tengok disini (http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2011/07/07/7003.html
Nah iya memang selama ini operasi pasar selalu lah menjadi solusi untuk menstabilitas harga namun kalo kata bu sri adiningsih masih dalam suara karya selain dari pasokan bahan tapi juga regulasi yang sangat lemah dan teknologi yang kurang mendukung, coba kalo ada teknologi yang bisa mempertahankan bahan pangan hingga beberapa bulan ke depan untuk pendapat bliau liat disini (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=282307)
Hmm… saya kok senyum-senyum aja ya baca surat kabar pagi ini setelah perjalanan dari pasar dengan melihat kepusingan para ibu rumah tangga dalam mengelolah keuangan mereka sebab berbagai kebutuhan pokok naik, wih-wiiih mau sampai kapan ni kasus jalan terus… selama masih banyak spekulan dengan enaknya berlenggang-lenggong di dunia perekonomian tanpa ada ketegasan yang jelas, manajemen produksi pangan, regulasi, kemudian beberapa kebijakan yaaa bisa dikatakan tetaplah kayak gini sampai entah kapan so memang harus menyiapkan dana lebih untuk moment khusus…ya sepertinya di dunia kapitalisme tak akan pernah lepas dari dunia spekulasi. Oooh no.. inilah indahnya dalam konsep ekonomi islam adanya larangan spekulasi. Oh ya namun tak hanya itu, dari fenomena ini tercermin bahwa moment ramadhan dan hari raya adalah moment untuk membeli banyak barang, liat saja mall2 dan pasar-pasar pasti dipenuhin para pengunjung, paradigm untuk mengkonsumsi lebih banyak dna kemungkinan berboros ria selalu menjadi pemandangan yang wajar, ya pemandangan yang wajar karena kemungkinan paradigm masyarakat tentang konsumsi masih bersifat pragmatis, masih sering menganggap jika saya mengkonsumsi banyak barang maka akan terlihat wah dikalan banyak orang.. hahaaa… yayayaaaaa… dunia konsumerisme ….
Eeeh saya masih optimis kok kedepannya perekonomian Indonesia akan membaik jika masih banyak pejuang perekonomian makin peka dan berkompetensi..yes its will become true in next time if we struggle hardly together..
Ya Allah saya berdoa di jumat berkah ini semoga Indonesia sejahtera bukan negeri yang terlaknat karena kemewahan seperti dalam surat al israa ayat 16 ni artinya:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta'ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”
Nah lho-nah lho.. jangan sampe deeh…
Tulisan iseng setelah mendengar keluhan ibu dan ibu-ibu sekitar rumah dan para pedagang dipasar serta dari baca-baca artikel…
Maaf bahasanya kali ini lebay banget.. cuman sebagai refleksi, iseng-iseng aja..:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun