Tidak terasa perkuliahan yang ku jalani sudah berada di penghujung semester 2. Penghujung dimana kita disibukkan dengan banyaknya tugas sebelum UAS belangsung. Mungkin bayangan kita dulu ketika di SMA kuliah itu enjoy dan santai bisa berpakaian bebas, bisa nitip absen layaknya di FTV. Tapi setelah menjalaninya sendiri ternyata kuliah tidak semudah itu, tidak jarang aku selalu mengeluh dengan banyaknya tugas yang ada, apalagi di semester awal maba diwajibkan untuk tinggal di ma'had, jadi saya harus bisa membagi waktu antara kegiatan di ma'had dan juga mengerjakan tugas-tugas kuliah yang tidak mudah. Di semester 2 ini saya mendapatkan banyak sekali pengetahuan serta pengalaman baru yang berharga yang belum pernah aku lakukan. Pengetahuan serta pengalaman baru yang aku dapat tersebut berasal dari mata kuliah kewarganegaraan dengan dosen pembimbing Bapak Edi Purwanto yang digemari oleh para mahasiswa di kampus. Sikapnya yang penyabar, humor, friendly membuat kita semua tidak ada rasa tegang saat di ajar.
Dalam mata kuliah kewarganegaraan ini, kita mendapatkan tugas mingguan untuk menulis artikel kemudian di upload di kompasiana dan di share ke media sosial yang kita punya. Dengan menulis artikel tersebut dapat melatih skill menulisku, yang awalnya susah merangkai kata-kata sekarang sudah lumayan bisa untuk merangkai kata-kata sendiri. Metode pembelajaran inilah yang selalu dilakukan Pak Edi sejak semester 1, bedanya pada semester 1 kita menulis artikel dengan tema yang sesuai dengan materi di silabus yang dipresentasikan setiap minggunya, tetapi di semester 2 ini kita mendapatkan tantangan baru, jadi sebelum menulis artikel kita harus melakukan observasi dengan cara wawancara langsung dengan pihak terkait. Dengan wawancara, kita juga dapat melatih skill bicara kita, mungkin yang awalnya pendiam dan pemalu bisa menjadi lebih pandai berbicara dan percaya diri. Tetapi awalnya tugas ini terasa berat banget buat saya yang mageran hehe, apalagi mengingat saat itu aku masih tinggal di ma'had dan belum terlalu faham dengan daerah Malang dan ditambah lagi tidak ada transportasi pribadi yang bisa dipakai. Mungkin di tugas pertama sampai ketiga aku tidak merasa berat, karena ditugas pertama kita hanya disuruh wawancara salah satu teman kelas kita, jadi itu merupakan hal yang tidak sulit bagiku, karena namanya juga teman apalagi saat itu saya menceritakan teman yang kebetulan kamar kita berdampingan jadi kita sudah mengenal lebih dekat satu sama lain. Â Sedangkan di tugas kedua dan ketiga kita disuruh untuk menceritakan kedua orang tua yang tentunya sudah kita kenal dengan baik, jadi itu masih terasa mudah bagiku.
Tiba saatnya ketika diberi tugas keempat dan kelima yang mengharuskan aku dan teman-teman untuk pergi ke tempat ibadah non muslim. Disini awalnya saya merasa kesulitan karena belum pernah sama sekali mengunjungi tempat ibadah non muslim. Akhirnya saya dan teman-teman memutuskan untuk pergi bersama-sama di hari libur tepatnya di hari minggu karena biasanya umat Kristen beribadah di hari minggu. Awalnya kita bingung mau naik kendaraan apa, dikarenakan kita di ma'had tidak diperbolehkan membawa sepeda motor. Alhasil kita akhirnya sepakat untuk naik taksi online saja. Awalnya kita sepakat berangkat jam 7 karena kalau siang takutnya tempat ibadah sudah tutup, tetapi namanya juga orang Indonesia pasti ada saja yang molor, entah itu baru bangun lah atau baru siap-siap lah (termasuk saya juga sih hhhhh) dan akhirnya kita baru bisa berangkat jam 8. Dengan perut keroncongan semua, kita berangkat menuju alun-alun kota Malang, karena tujuan pertama kita yaitu Gereja Katolik yang ada di dekat alun-alun. Sebelum menuju gereja, kita sarapan soto terlebih dahulu di alun-alun, yaa walaupun mahal dan cuma dapat sedikit tapi yang penting kita makan untuk mengisi tenaga yang sudah melemah. Setelah sarapan, barulah kita menuju gereja. Awalnya kita hanya diizinkan hanya 2 orang saja yang boleh masuk melakukan wawancara, tetapi akhirnya kita semua diperbolehkan untuk masuk juga agar lebih faham mengenai gereja katolik. Takut salah ngomong itu pasti, karena kita wawancara dengan orang yang agamanya berbeda jadi takutnya menyinggung, tetapi ternyata romo itu orangnya baik banget dan tidak membatasi kita untuk bertanya.
Dari sinilah awal perjalananku mendapat pengalaman dan pengetahuan baru yang belum pernah aku dapat sebelumnya. Dengan mengunjungi gereja tersebut aku menjadi tahu bahwa Kristen protestan dan katolik itu berbeda, menjadi seorang pendeta itu juga ada sekolahnya sendiri, baptis juga ada macam-macamnya, bahkan toleransi antar umat agama di Indonesia juga sangat baik. Semua orang memiliki hak atas keyakinan agama yang di anutnya, jadi kita harus saling menghargai satu sama lain.
Setelah dari gereja saya dan teman-teman pergi ke klenteng tua di Kota Malang. Disana kita tidak diizinkan untuk melakukan wawancara karena ada sedikit problem yang tidak memungkinkan. Padahal jarak antara gereja dan klenteng cukup jauh dan kita pada saat itu melakukan perjalanan dengan jalan kaki. Terbayang kan ya capeknya seperti apa, sudah berjalan jauh-jauh ehhh nyatanya zonk. Akhirnya kita berjalan lagi menuju vihara yang tidak jauh dari sana, tapi ternyata zonk juga karena vihara bukanya malam hari. Sepakatlah kita kembali lagi ke alun-alun naik taksi online. Di alun-alun kita beli jajanan dan berdiskusi kemana lagi tujuan kita setelah itu, dan akhirnya di dapat kesepakatan kalau kita lebih baik kembali dulu ke ma'had dengan naik angkot agar lebih murah, hhh maklum demi menghemat uang yang semakin menipis.
Eitsss karena gagal wawancara pada hari itu, maka dihari lain kita kembali  lagi ke klenteng. Yaa walaupun harus mengeluarkan ongkos yang cukup menguras isi dompet, tapi kita harus tetap pergi kesana demi menyelesaikan misi. Dari klenteng, saya menjadi tahu bahwa klenteng itu ternyata bukan hanya untuk peribadatan 1 agama saja, melainkan untuk 3 agama sekaligus. Dari klenteng juga saya lebih yakin bahwa toleransi di Indonesia memang benar-benar sangat erat dan baik.
Lanjut di tugas keenam, tugas kali ini tidak menyulitkanku. Mencari budaya menyambut ramadhan di sekitar kita itulah tugasnya. Kali ini aku melakukan wawancara secara virtual dengan tetangga rumahku yang kebetulan merupakan salah satu tokoh agama di desa.
Di tugas ketujuh tantangan lumayan berat telah hadir kembali. Kita diminta untuk datang ke penyelenggara pemilu (KPU atau Bawaslu) untuk mencari informasi tentang sistem pemilu. Dengan modal google maps saya dan teman-teman mencari lokasi KPU yang ada di kota Malang. Awalnya aku dan temanku ragu untuk masuk ke KPU, tapi demi tugas maka kita memberanikan diri untuk masuk dan bertemu dengan salah satu anggota KPU. Awalnya kita tidak diperbolehkan melakukan wawancara karena tidak ada surat izin dari kampus, tetapi setelah mengatakan bahwa sebelumnya teman kita juga sudah ada yang kesana tanpa surat izin dan diperbolehkan wawancara akhirnya kitapun diperbolehkan juga. Sebenarnya aku tuh paling malas kalau membahas tentang politik karena menurutku agak ribet sihh, tapi setelah wawancara ternyata seru juga bisa mengetahui hal-hal tentang pemilu.
Setelah dari KPU kita melanjutkan mencari orang yang tidak mampu baik itu pengemis, maupun warga miskin untuk belajar tentang kehidupan, prinsip hidup, dan semngat mereka. Ini merupakan tugas kedelapan dan tugas terakhir ketika saya berada di ma'had. Dengan jalan kaki dibawah terik matahari yang sangat menyengat kita menyusuri jalanan Kota Malang. Ternyata cukup sulit juga mencari orang tidak mampu seperti pengemis di kota Malang. Akhirnya kita melihat seorang ibu paruh baya berjualan air mineral di lampu merah disekitar SPBU, sebenernya kita tidak tau juga itu ada di daerah mana karena kita sama-sama belum mengenal lebih jauh daerah kota Malang.
Sungguh aku sangat terharu mendengar kisah hidup ibu itu. Banyak pelajaran yang bisa aku ambil dari beliau, salah satunya yaitu belajar bersyukur dan sabar. Selain itu beliau juga memberikan doa serta semangat belajar buat aku dan teman-teman.
Sampailah di tugas terakhir sebelum UAS tiba. Karena kita semua sudah kembali ke rumah masing-masing, maka kita di minta untuk sowan datang ke guru/ustadz/kyai yang telah mengajarkan kita ngaji mulai Alif ba ta dulu. Karena ustadz saya tetangga saya sendiri maka itu mudah bagiku. Senang sekali rasanya bisa flashback bersama ustadz mengingat kembali masa-masa dulu ketika saya masih mengaji. Rasanya ingin mengulang kembali masa-masa itu, masa-masa dimana tidak ada beban dalam hidup hehe. Beliau juga sudah menganggap saya keluarganya sendiri jadi tidak canggung kalau berbicara dengannya. Intinya beliau selalu mengingatkanku agar jangan sampai meninggalkan sholat 5 waktu dan mengaji serta selalu menghormati orang tua dan para guru.