Mohon tunggu...
Renita Ameliyah
Renita Ameliyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Masalah Dakwah di Era Disrupsi

24 Juni 2024   17:29 Diperbarui: 24 Juni 2024   17:31 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Pengarang : Syamsul Yakin
 Dosen UIN  Syarif Hidayatullah Jakarta

                         Renita Ameliyah

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
 
     Permasalahan terkini dalam dakwah  meliputi hambatan dan  tantangan dalam dakwah. Dalam hal ini,  keterbatasan  mutu dan kualitas  da'i menjadi kendala dalam dakwah.
     Batasan media dakwah, waktu, dan lokasi dakwah  berbeda-beda. Hambatan  dakwah termasuk  pembiayaan. Semua itu  memerlukan manajemen dakwah.  Di sisi lain, tantangan dakwah  adalah penda'i dan mitra  dakwah harus mengerahkan upaya yang besar. Tantangan dakwah  dapat diatasi dengan mencari  jalan dan cakrawala baru  bagi dakwah masa kini.
        Permasalahan Dakwah saat ini bertepatan dengan masa  penuh gejolak yang  sulit diprediksi. Dalam konteks ini, era disrupsi  merupakan era  perubahan besar di bidang  informasi dan  teknologi digital yang  melanda Mad'u. Contohnya adalah rusaknya  keimanan, pengabaian terhadap hukum syariah, dan  kemerosotan akhlak tanpa diketahui siapa  pelakunya. Para  pendakwah dikejutkan dengan  semakin populernya perjudian online  dengan total transaksi  mencapai 600  triliun.
       Di era disrupsi  ini, pemain tidak  terlihat dan transaksi dilakukan  dari jarak jauh,  bahkan di  lokasi terpencil. Namun, korban justru berjatuhan secara nyata. Misalnya seseorang kalah  dan gantung  diri karena putus asa.
          Untuk  keluar dari  persoalan dakwah di  masa penuh gejolak ini,  para penda'i dan mitra  dakwah perlu menyadari kemampuan digital dakwah.  Dakwah Literasi digital  adalah kemampuan  memanipulasi dan  menggunakan media digital untuk berdakwah.  Misalnya , menggunakan media internet untuk berdakwah.  Yang lebih teknis lagi  adalah membuat  konten dakwah di  media sosial.
       Selain itu,  kelompok dan grup yang ada  juga harus  dimanfaatkan secara maksimal untuk menyebarkan tiga pesan  utama dakwah: akidah, syariah, dan akhlak.  Para penda'i tidak boleh berhenti  berkarya dan berkontribusi  pada dunia digital. Dakwah tak mengenal kata puas di zaman penuh kegelisahan ini. Karena dakwah rintangan dan tantangan akan datang dengan cepat.
          Yang perlu dijaga hanyalah hubungan baik dan perhatian penuh terhadap mad'u online. Kapan pun memungkinkan, jangan pernah meninggalkan grup dengan alasan apa pun. Mungkin ada orang-orang fanatik online yang terpapar konten-konten yang kontra produktif terhadap gerakan dakwah disrupsi.
         Secara pribadi, para penda'i harus mampu bertahan di masa-masa penuh gejolak ini agar dapat terus berdakwah. Untuk itu da'i harus kritis terhadap perkembangan dan trending topik di dunia digital.  Solusi alternatif harus elegan (dan menuntut).

           Kesimpulannya, untuk berdakwah di  masa yang penuh gejolak ini, para penda'i perlu memiliki kecerdasan emosional  (EQ),  mengenal dunia digital dan isu-isu  terkait, serta menggunakan kecerdasan buatan  (AI) dalam  berdakwah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun