Akhir-akhir ini, istilah generasi strawberry ramai diperbincangkan terutama di sosial media. Istilah generasi strawberry pertama kali muncul di negara taiwan untuk menandakan generasi yang lahir setelah tahun 1981. Namun, istilah tersebut mengalami perubahan menjadi istilah yang digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang kreatif namun rapuh dalam menghadapi tekanan dalam kehidupan seperti Layaknya buah strawberry yang cantik di luar namun rapuh di dalam karena memiliki tekstur yang lunak.Â
Menurut prof. Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Strawberry generation ada beberapa faktor seseorang disebut generasi strawberry diantaranya pola didik orang tua yang cenderung kurang keras, ingin mendapatkan sesuatu secara instan, tumbuh di lingkungan yang lebih secure dan serba mudah. Selain faktor tersebut, menurut pandangan saya generasi strawberry ini muncul karena faktor meningkatnya awareness soal kesehatan mental. Pada tahun generasi z ini, Awareness soal kesehatan mental meningkat. Hal ini bisa dilihat dengan adanya konten-konten mengenai kesehatan mental.
Menurut beberapa generasi, generasi strawberry merupakan generasi yang memiliki karakteristik yang cenderung negatif. Karakter yang pertama adalah mudah kecewa. Banyak yang beranggapan bahwa generasi strawberry ini mudah kecewa dalam menghadapi kondisi di dalam rumah maupun diluar rumah. Mereka cenderung kecewa ketika yang mereka harapkan tidak sesuai dengan keinginan mereka. Karakteristik yang kedua adalah kurang memiliki tanggung jawab.Â
Generasi ini dianggap kurang bertanggung jawab dalam kehidupan sosial maupun pekerjaan, mereka cenderung menunda-nunda tugas atau kewajiban. Â Karakteristik yang ketiga yaitu suka terjebak dalam zona nyaman. Mereka menyukai zona nyaman dan kebanyakan tidak ingin keluar dari zona nyaman tersebut. Karakteristik keempat adalah mudah menyerah. Generasi ini ketika melakukan sesuatu yang menurut mereka itu sulit dan membebani mereka cenderung menyerah. Karakteristik yang terakhir adalah memiliki harapan tidak realitis. Generasi Strawberry ini sebagian besar menyalurkan masalah kehidupannya melalui sosial media.
Sebagian besar orang menilai bahwa generasi strawberry adalah generasi yang memiliki steroetip negatif, tetapi generasi strawberry juga memiliki banyak karakteristik positif. Karakteristik positif yang pertama yaitu generasi strawberry cenderung menyukai tantangan. Mereka selalu mencoba hal-hal baru dan menganggap suatu tantangan adalah suatu peluang. Karakteristik yang kedua adalah tidak takut menyampaikan pendapat. mereka cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam menyampaikan pendapat. karakteristik yang ketiga adalah mengikuti perkembangan zaman.Â
Mereka mampu memahami dan mengikuti teknologi dan informasi. Dengan mengikuti perkembangan zaman, seseorang dapat melakukan sesuatu dengan mudah. Â karakteristik yang keempat adalah bekerja sesuai passion dan kreatif. Ketika seseorang bekerja sesuai dengan passion membuat mereka jadi ahli dalam bidang tersebut selain itu juga membuat lebih percaya diri dalam bekerja dan mencegah stres. Generasi ini juga memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Generasi strawberry ini sering dikaitkan dengan generasi z. banyak orang yang beranggapan bahwa generasi strawberry cenderung mengarah ke generasi z. nyatanya generasi ini bukan menggambarkan rentan usia melainkan kondisi yang berkaitan dengan tekanan sosial. Kita tidak bisa sepenuhnya beranggapan bahwa generasi sekarang lebih rentan menjadi generasi strawberry, karena zaman sebelumnya pasti juga ada tetapi kesadaran akan gangguan mental lebih sedikit yang membuat generasi z terlihat lebih dominan. Oleh karena itu, kita tidak boleh memberikan penilaian terhadap suatu generasi tampa mengetahui lebih dalam mengenai generasi tersebut.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah generasi z menjadi generasi strawberry. Cara yang pertama membangun mental. Membangun mental sangatlah penting dalam menghindari adanya generasi strawberry. Dengan mental yang kuat, kita dapat menghadapi segala sesuatu tampa merasa putus asa. Cara yang kedua yaitu lebih bijak menggunakan sosial media. media sosial itu dapat mempengaruhi perilaku serta pola pikir seseorang. Ketika seseorang tidak bisa membatasi diri mereka dalam bermedia sosial maka orang tersebut akan mudah termakan berita dan opini yang belum tentu benar. Cara yang ketiga yaitu menata ekspektasi yang realistis. Ekspektasi yang terlalu berlebihan atau tidak realistis menyebabkan kekecewaan yang akan mengganggu mental kita. Oleh karena itu sebaiknya menetapkan ekspektasi yang lebih realistis agar kita tidak merasa terbebani dan tertekan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H