Sudah satu tahun lebih pandemi covid-19 tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Terkhusus di Indonesia sampai bulan Juni 2021 ini, tercatat terdapat 1,98 juta kasus positif covid-19 dengan pasien sembuh sebanyak 1,79 juta jiwa. Melihat kurva yang kian menanjak dan tak kunjung melandai, ditambah hadirnya berbagai kebijakan dari pemerintah dalam membatasi mobilitas, membuat sebagian warga ketar-ketir akan keberlangsungan hidupnya kelak. Keluar rumah takut terinfeksi virus, tak keluar rumah anak dan istri tak terurus.
Bagaimana tidak? Kebijakan work from home ataupun PSBB ternyata membelenggu sebagian besar masyarakat Indonesia. Penduduk yang dituntut oleh pekerjaan untuk harus keluar rumah menjadi tak bisa berbuat apa-apa, sebut saja mereka adalah sopir angkutan umum, pengemudi ojek, dan pedagang. Biasanya, ramai masyarakat yang menggunakan jasa dan membeli produk mereka di saat hendak berpergian ataupun sedang di luar rumah, namun kini jasa dan produk tersebut sunyi bahkan hingga terbengkalai sebab yang 'akan beli' tidak bisa keluar rumah.
Dampak tersebut dirasakan pula pada sektor pariwisata. Dilansir dari laman tangerangnews.com bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ataupun lokal yang tercatat dalam Badan Pusat Statistik (BPS) mengalami penurunan tajam hingga 88,08% jika dibandingkan pada tahun 2019. Hal ini pun ikut berimbas kepada masyarakat yang bergantung pada sektor pariwisata, misalnya para pedagang, pengurus dan pengelola, atau bahkan keberlangsungan tempat wisata itu sendiri yang ikut terancam.
Umbul Nogo sendiri merupakan tempat wisata yang berada di Kelurahan Karang Lor, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri. Tempat wisata ini menghadirkan berbagai spot foto, kolam renang, kolam ikan, hingga terapi ikan yang dihiasi dengan pepohonan yang rindang. Suasananya yang tenang dan nyaman banyak mengundang pengunjung untuk berdatangan, refreshing atau hanya sekadar berkeliling saja. Umbul Nogo hadir sebagai bentuk inisiatif warga Karang Lor dalam upaya memanfaatkan sumber daya yang ada.
"Umbul Nogo ini berdekatan dengan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang paling dekat adalah Goa Pindul yang sudah go international. Kami menyadari bahwa Umbul Nogo ini juga memiliki potensi, lantas kenapa tidak dikembangkan?" Ujar Ngatimin (70), selaku pengelola Umbul Nogo.
Umbul Nogo yang menjadi ikon Kecamatan Manyaran telah turut membawa perubahan besar pada masyarakat sekitarnya, terutama bagi warga Kelurahan Karang Lor. Beberapa warganya menggantungkan hidupnya pada tempat wisata ini, ada yang berdagang di kios-kios, mengabdi menjadi bagian dari pengelola, bahkan membuka warung makan. Umbul Nogo berperan besar dalam meningkatkan pendapatan warga dari dalam maupun luar Kelurahan Karang Lor.
"Kios-kios tersebut memang dibangun untuk warga Karang Lor yang ingin berjualan di sini, nantinya akan mendapatkan hak pakai. Kami juga tidak menutup kesempatan bagi mereka yang dari luar yang ingin berjualan di sini juga, dengan syarat menyerahkan data diri dan membayar KTA sebesar Rp. 500.000" Jelas Ngatimin.