Setelah kita menyadari kita terluka, maka langkah berikutnya adalah berusaha menyembuhkannya. Cara menyembuhkan luka tiap orang ini berbeda-beda, tergantung seberapa besar luka yang dialami seseorang.Â
Orang yang begitu menaruh harapan besar pada sebuah keberhasilan, tentu akan memiliki peluang lebih besar dalam mendapatkan luka.
 Sehingga pertolongan dalam menangani luka ini perlu disesuaikan pada masing-masing individu. Apakah seseorang itu mungkin hanya cukup membutuhkan waktu untuk istirahat, atau mereka butuh bantuan orang lain untuk memvalidasi luka yang mereka miliki ini.Â
Bukan masalah juga bila membutuhkan bantuan professional kejiwaan bila luka ini sudah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Banyak orang terlalu terburu-buru untuk segera bangkit dan memulai lagi, padahal mereka masih memiliki luka yang belum ditangani.Â
Sehingga penanganan dari sebuah kegagalan ini adalah dengan cara menerima kegagalan itu, memaafkan diri sendiri, mengobati luka yang mungkin disebabkan oleh kegagalan tersebut, dan barulah seseorang bisa bangkit untuk memulai hal baru lagi.
Daftar Pustaka
1. Santrock, J.W. (2012). Life Span Development. Jakarta: Erlangga
2. Schultz, D.P. & Schultz, S.E. 2020. Teori Kepribadian. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
3. Iksan, M. (2015). Atribusi kegagalan berprestasi siswa SMP dan SMA. Tabularasa. Vol 10 (2)
4. Tresnani, L. D. & Casmini. (2021). Penerimaan diri dari kegagalan akademik perempuan perfeksionisme. Al-Hikmah. Vol 18 (2)