Bagi sebagian wanita, menikah merupakan sesuatu yang bisa mengubah beberapa hal dalam kehidupannya. Semua seolah tak sama seperti saat mereka masih lajang dulu.Â
Jika mungkin dulunya dia bisa bebas membelanjakan semua uang hasil kerjanya, kini dia harus mengatur sedemikian rupa penghasilan dari suaminya.Â
Jika mungkin dulu dia bisa bermalas-malasan tinggal di rumah kedua orangtuanya, maka tak ada cerita hal serupa saat ia menumpang tinggal di rumah mertuanya. Jika dulu dia bisa berjalan-jalan dengan teman-temannya, maka kini dia sibuk mengurus rumah, suami, dan anaknya.
Dengan segala perubahan semacam ini, tak sedikit wanita yang mengalami stres ataupun despresi. Dunia mereka seolah terkurung di dalam sebuah sangkar. Mereka tak bisa bergerak dan leluasa dalam menjalani kehidupannya. Hari-harinya hanya disibukan dengan urusan yang itu-itu saja.
Mungkin bagi wanita yang memutuskan tetap berkarier setelah menikah, memiliki potensi stres yang lebih rendah. Walau tak menutup kemungkinan juga, di tempat kerja mereka akan mendapat masalah yang rumit dan pelik. Namun paling tidak mereka memiliki suasana baru, rekan kerja yang bisa diajak diskusi, dan bertemu dengan orang-orang baru.
Beda halnya dengan mereka yang fokus dan memutuskan untuk menjadi full ibu rumah tangga. Dari bangun pagi hingga tidur lagi mereka hanya menghabiskan harinya di dalam rumah. Kalaupun pergi, paling-paling hanya di warung sayur. Menjadi ibu rumah tangga itu bukan perkara yang mudah.Â
Meski sepertinya sepele dan tak sedikit orang yang meremehkannya, namun sungguh menjadi seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berada di dalam rumah itu sungguh pekerjaan yang menguras emosi dan mengundang kejenuhan yang akut.
"Semua wanita dari zaman dulu juga gitu, sudah kodratnya, gak usah lebay deh!"
Sering kali hal-hal yang dikeluhkan para ibu rumah tangga ini dianggap sesuatu yang berlebihan. Masyarakat kita masih banyak yang beranggapan kalau wanita itu memang harusnya ditakdirkan di rumah.Â
Membereskan rumah, memasak, mencuci, dan juga merawat suami serta anak. Kehidupan para wanita ini seolah sudah terkuras dengan hal-hal ini setiap harinya. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, mereka hanya mengurusi urusan keluarga.
"Yah, itu beratnya jadi seorang istri dan ibu!"
Saya setuju, karena selama ini saya tahu benar bagaimana perjuangan para istri dan ibu dalam menjaga keluarganya. Tapi bukan berarti bahwa para wanita ini tak memiliki mimpi, keinginan, serta sesuatu yang ingin ia kerjakan. Mereka memilih diam dan memendamnya sendiri.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!