Mohon tunggu...
Reni Soengkunie
Reni Soengkunie Mohon Tunggu... Freelancer - Tukang baca buku. Tukang nonton film. Tukang review

Instagram/Twitter @Renisoengkunie Email: reni.soengkunie@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Charlie and The Chocolate Factory, Sebuah Film yang Mewakili Imajinasi Semua Anak-anak

30 Juli 2019   18:44 Diperbarui: 30 Juli 2019   18:50 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiket ketiga, Violet Beauregarde. Seorang anak perempuan yang selalu mengunyah permen karet sepanjang hidupnya. Dan yang keempat, Mike Teavee. Seorang anak lelaki yang tak pernah melakukan apa pun kecuali menonton tv.

Charlie tengah berdebar-debar saat membuka bungkus cokelat di hari ulang tahunnya. Semua anggota juga ikut tegang karenanya. Pada akhirnya, tak ada apa-apa dalam bungkus cokelat kecil tersebut. Grandpa Joe tak mau menyerah, dia memberikan uang simpanannya  agar Charlie kembali membeli cokelat lagi. Namun pada akhirnya, tak ada apa-apa di dalam bungkus itu.

Di saat pulang sekolah, Charlie begitu lapar hingga tak memiliki tenaga. Jatah makannya sekarang semakin berkurang semenjak ayahnya tak lagi bekerja di pabrik pasta gigi. Dengan tubub lunglai dia  berjalan seperti mayat hidup, hingga akhirnya ia menemukan selembar uang di jalan. Tak ada pemilik uang tersebut, sehingga Charlie berjalan menunju toko untuk membeli cokelat sebagai pengganjal perut. Tapi, siapa yang menyangka bahwa Charlie justru menemukan tiket kelima di dalam bungkus cokelat tersebut.

Dalam tiket undangan tersebut dijelaskan bahwa si anak boleh didampingi oleh orangtuanya. Berhubung Mr. Bucket harus kerja dan Mrs. Bucket harus mengurusi grandpa dan grandma yang selama hampur dua puluh tahun tak pernah turun dari ranjang, maka Charlie berangkat bersama Grandpa Joe.

Kelima anak tersebut dan orangtuanya akhirnya disambut oleh Mr. Wonka di pintu gerbang. Kini rahasia tersembunyi tentang pabrik cokelat raksasa tersebut akan segera terungkap. Siapa sebenarnya yang bekerja di pabrik tersebut? Selama ini tak ada satu pun orang yang pernah melihat ada manusia yang keluar atau masuk pabrik tersebut.

Setelah masuk ke dalam pabrik, semua orang merasa takjub dengan apa yang mereka lihat. Di hadapan mereka terdapat sebuah air terjun dari cokelat dan mengalirkan lelehan cokelat seperti halnya sungai dan masuk ke pipa-pipa besar. Di sepanjang mata memandang, ada hamparan rumput yang ternyata bisa dimakan. Tak hanya itu, daun-daun di sini pun bisa untuk dikonsumsi.

Tentu sangat menggembirakan, bisa masuk ke dalam pabrik cokelat seperti Charlie dan teman-temannya ini. Saat kecil dulu, saya juga pernah membayangkan bagaimana rasanya berada di suatu tempat yang penuh dengan cokelat. Hmm...tentu membahagiakan sekali.

Di sana mereka juga kaget saat mendapati manusia-manusia kerdil yang disebut sebagai Oompa-Loompa. Merekalah yang mengerjakan semua pekerjaan di pabrik ini, karena Mr. Wonka sudah pernah kecewa dengan para manusia yang suka berkhianat dan mencuri formula cokelatnya. Oompa-Loompa sangat suka bernyanyi dan membunyikan genderang.

Mr. Wonka berpesan agar anak-anak tetap bersikap baik. Tapi apa yang terjadi saat si rakus Augustus Gloop, tak mau mendengarkan peringatan dari Mr. Willy Wonka. Dia terus makan dan terus makan cokelat di sungai hingga akhirnya tersungkur dan jatuh. Ia kemudian masuk ke dalam sebuah pipa besar yang terus mengalir.

Nasib Veruca Salt juga tak jauh beda. Dia tak mau mendengarkan peringatan dari Mr. Wonka untuk menjauh dari para musang yang tengah memilah biji cokelat. 

Akhirnya ia diangkat oleh kerumunan musang dan dimasukan ke tong sampah raksasa. Violet pun juga tak mau mendengar, hingga tubuhnya membesar seperti balon permen karet. Lalu menipis seperti cacing pipih tanpa daging. Dan terakhir adalah Mike yang berakhir dengan dikirim lewat sebuah teve.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun