Pasca teror yang terjadi di Kota Paris 13 November 2015 lalu. Kementerian Luar Negeri Inggris mengeluarkan gambaran mengenai negara-negara yang rentan dengan kasus terorisme. Peta negara dengan ancaman terorisme tertinggi ada pada wilayah berwarna merah tua, negara yang dianggap kerap terjadi terorisme dengan warna oranye dan negara dengan ancaman yang rendah terhadap terorisme di beri warna kuning.
Dapat dilihat pada data,bahwa Indonesia sejajar dengan  Rusia, Myanmar, Kenya, Filipina dan Kolombia, Turki, Thailand, Australia dan Belgia, termasuk dalam daftar merah tua tersebut. Maupun sebagian negara Timur tengah lainnya.
Masalah terorisme ini, menjadi salah satu PR bagi pemerintah Indonesia maupun Sistem Pertahanan Indonesia untuk menyelesaikan ancaman-ancaman yang datang. Pun maupun negara Asia tenggara lainnya yang masuk ke dalam daerah yang menjadi ancaman teror tertinggi. Sepanjang tahun 2017 ini pelaku kejahatan terorisme yang ditangani Densus 88 mengalami peningkatan. Diketahui pada 2016, tersangka kasus terorisme sebanyak 163 orang, kemudian meningkat menjadi 172 orang pada tahun 2017.
Dari 172 pelaku yang didapat, 2 diantaranya meninggal dunia akibat bom bunuh diri. Mereka ini adalah pelaku bom bunuh diri di Kampung Melayu. Pemboman ini melibatkan banyak aparat pertahanan, di mana 3 diantaranya meninggal dunia. Pemboman ini juga menyebabkan beberapa warga sipil yang berada di dekat area kejadian mengalami luka-luka.
Kapolri Jenderal Polri Tito Karnavian mengatakan bahwa ada 2 penyebab utama yang menjadikan meningkat nya kasus terorisme di Indonesia.
"Memang perkara teroris karena rencana serangannya meningkat atau memang langkah-langkah proaktif yang dilakukan oleh jajaran kepolisian," ujar Tito, dalam paparan Kinerja Polri 2017, di Ruang Rapat Utama Mabes Polri, Jakarta, Jumat (29/12/2017).
Menangani kasus terorisme bagi Densus 88, maupun sistem pertahanan lainnya seperti mengundang maut.
Dengan meningkatnya kasus terorisme ini, tidak menutup mata kepala pemerintahan Indonesia untuk meningkatkan kembali sistem pertahanan yang ada.
Awal tahun 2018 ini, Indonesia bersama Korea Selatan bersepakat untuk menjadi negara pengamat dalam kerja sama intelijen antarnegara Asia Tenggara yang dikenal dengan konsep Our Eyes. Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo kepada Menteri Pertahanan Korea Selatan Song Young Moo di Istana Merdeka, Rabu (31/1)
Our Eyes adalah kerja sama negara-negara Asia Tenggara dalam bertukar informasi intelijen untuk menyangkal ancaman terorisme. Kerja sama ini di tanda tangani oleh 6 negara asia tenggara, yaitu Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
Masalah terorisme menjadi masalah utama yang dibahas dalam agenda Presiden Joko Widodo kali ini, selain penyediaan alat sistem utama pertahanan (alutsista). Masalah ini menjadi fokus penting Indonesia, lantaran terorisme yang terus merajalela.