Dan lagi, kekhawatiran saya berlanjut, bagaimana kalau pemikiran ribuan followernya mudanya ikut mengaminkan masalah golput? Secara statistik pemilih muda mulai medominasi persentase suara. Sudah berapa banyak suara yang gambling untuk ikut suara terbanyak? Lah enak kalau yang terpilih yang kerjanya nyata, lah kalau yang kepilih otak-otak tiran?
Ayolah, bisakah kita berpikir optimis? Ikhtiar dengan menggali data paslon dan membandingkannya adalah salah satu kontribusi untuk mempejuangkan hak-hak rakyat dari kelas manapun. Jangan terlalu pesimsis. Meskipun tidak banyak, politisi-politisi muda sudah mulai bermunculan dengan komitmen dan kerja nyata untuk berkontribusi demi Indonesia yang lebih baik. Pilihlah itu.
Selanjutnya, siapapun yang menang.Â
Pertama, ikhlaskan dan doakan semoga pasangan yang menang menjadi pemimpin amanah yang mampu mengelola kehidupan bermasyrakat menjadi lebih beradab.
Kedua, tidak usah baper dengan paslon yang tidak menang.Â
Ketiga, Selalu saring informasi dengan selalu meng-cross check  dan bertabayun terhadap kebenaran data yang sampai. Jangan sembarangan meneruskan data profil seseorang, anda bisa dijerat UU ITE bila anda terbukti menyebarkan kabar fitnah. H+ pilkada kan biasanya masih pana yah?
Keempat, lanjutkanlah pekerjaan Anda esok hari demi melanjutkan demokrasi, saling gotong royong untuk Indonesia dan daerah yang lebih sejahtera lahir batin. Biar Indonesia punya SDM yang gak hanya cerdas, tapi pekerja keras.
Jadi, preferensi politik boleh beda, tapi golput bukan pilhan.
Pilkada kan hanya awalan,
selanjutnya, demokrasi dalam kerja nyata, besinergi dalam membangun Indonesia yang lebih mapan.Â
Salam optimis!