Mohon tunggu...
Reni Dian Natalia
Reni Dian Natalia Mohon Tunggu... -

mahasiswa komunikasi UPN "V" Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mencari Endhog Abang di Sekaten

9 Januari 2012   04:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:09 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jalan-jalan menuju pasar malam sekaten seolah mengingatkan kenangan saat kecil dahulu. Kenangan akan kemeriahan, kehangatan dan nikmatnya jajanan sekaten yang masih melekat dibenak pengunjungnya

Deretan kios dengan aneka macam mainan, baju dan arena bermain di iringi dengan musik yang riuh seakan membawa suasana malam semakin meriah dan marak. Ingin rasanya mencoba mainan komidi putar hingga baling-baling raksasa seperti yang ada di Jakarta, atau mencoba masuk rumah hantu yang terlihat seram dan pertunjukan tong setan yang menarik rasa penasaran.

Setelah puas berjalan-jalan sambil membawa tentengan baju murah namun layak pakai, saatnya mencari jajanan khas sekatenan seperti saat kecil dahulu. Sate gajih sapi dengan aroma sungguh menggoda, 5 tusuk sate cukup dengan harga Rp.3000,- mampu menghangatkan kerinduan akan sekaten. Kembali menyusuri jalan mencoba mencari endhog abang yang menjadi ciri khas sekatenan. Dari ujung hingga ujung disusuri namun tak jua ditemukan, telor khas sekaten yang diberi warna merah kemudian tenggahnya ditusuk dengan bambu dan diberi hiasan kertas sebagai pemanis ini seakan ikut musnah tergerus produk-produk jajanan luar.

Purwadi (54) penjual mainan kapal-kapalan yang juga mainan yang selalu ada setiap kali sekaten ini digelar menjelaskan, “endhog abang memang sekarang sangat jarang, memang sesekali ada namun karena peminatnya sedikit sehingga tidak laku dijual”. Tapi nanti biasanya pas grebeg baru ada banyak yang menjual, karena pengunjung grebeg kan biasanya orang-orang dulu atau orang-orang tua yang njamani (di eranya) ndhog abang” tutur Purwadi sambil menawarkan dagangannya pada seorang anak yang melintas.

Endhog abang memang hanya telur rebus yang kulitnya diberi warna merah, akan tetapi endhog abang juga merupakan ciri khas jajanan sekaten yang telah ada sejak berpuluh tahun yang lalu. Jika keberadaannya hilang, seakan di sekaten ini juga ada yang hilang. Ke khas’an endhog abang, galundheng dan penjual kapal dari almunium telah lama menjadi cirinya. Sekaten seakan tidak berkesan tanpa kehadiran ndhog abang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun