Mohon tunggu...
Reni AyuningtyasWidiastuti
Reni AyuningtyasWidiastuti Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

FISIP UAJY

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Intimidasi terhadap Wartawan di Serang, Banten Bentuk Kegagalan Peran Masyarakat?

19 Mei 2020   18:50 Diperbarui: 19 Mei 2020   18:52 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Selama terjadi pandemi covid-19 di Indonesia, ternyata cukup banyak kasus intimidasi terhadap jurnalis di beberapa daerah yang jarang diketahui khalayak, salah satunya yang terjadi di Serang, Banten pada Senin, 20 April 2020.

Masih ingat dengan kisah Ibu Yuli di Serang yang tidak makan selama 2 hari lalu kemudian meninggal dunia? 


Di balik liputan tersebut, mungkin terdapat kisah kelam yang dialami oleh beberapa jurnalis yang sedang melakukan liputan di Serang, Banten. 

Kronologi Intimidasi 

Dilansir dari artikel yang ditulis oleh AJI dengan dujul AJI Jakarta Kecam Intimidasi Terhadap Jurnalis di Tengah Pandemi Covid-19 di Banten, ada beberapa korban jurnalis dalam peristiwa tersebut, salah satunya bernama Mohammad Hashemi Rafsanjani yang merupakan jurnalis dari Kabar-banten.com.

Hemi mengatakan bahwa ketika sedang meliput meninggalnya seorang warga yang diduga kesulitan ekonomi saat pandemi covid-19, Hemi dan rekan-rekan jurnalis lainnya dihalangi, diintimidasi, dan dipaksa untuk melakukan pengahapusan video hasil liputan oleh warga di RT setempat.

"Nggak usah ngeberitain lah, dia bukan orang susah, dia bukan selebritis juga yang bisa diambil gambarnya" ujar salah satu warga

Sehari sebelumnya pada Sabtu, 19 April 2020, menurut keterangan rekan jurnalis lainnya, Dinar, sebelum korban meninggal, wartawan Kompas TV dan MNC TV akan melakukan siaran live di rumah keluarga korban, tapi tiba-tiba dibubarkan paksa oleh ibu RT setempat.

Ibu RT mengaku mendapatkan amanat untuk menutup semua akses pemberitaan terkait hal tersebut, karena pemberitaan yang diliput membuat malu warga sekitar.

Mengapa bisa warga sekitar merasa malu? Mengapa juga warga mengatakan bahwa korban bukan orang susah, padahal pada kenyataannya korban sampai tidak makan selama 2 hari? Bahkan warga lain pun melontarkan spekulasi bahwa para wartawan hanya ingin mengambil keuntungan dari pemberitaan tersebut.

"Di situ saya jelaskan bahwa wartawan niatnya membantu, " ujar Shemi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun