Mohon tunggu...
Vera Yuli Andini
Vera Yuli Andini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hard dan Soft Skill yang Akan Didapat dari Revitalisasi Sistem Pembelajaran Daring

7 Juni 2020   01:21 Diperbarui: 7 Juni 2020   01:38 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran COVID-19 salah satunya adalah dengan menjaga jarak. Adanya upaya tersebut mengakibatkan sistem sosial dan interaksi masyarakat yang berbeda dari biasanya. Sehingga, tidak hanya berdampak pada lingkungan sosial masyarakat, akan tetapi berlaku juga untuk bidang ekonomi, politik, bahkan pendidikan. Itu berarti untuk mewujudkan kebijakan menjaga jarak perlu adanya perintah lebih lanjut, yaitu dengan melakukan aktivitas di rumah saja, baik pekerja, para pendidik, siswa, dan berbagai tokoh lainnya . 9 dari 10 orang merasa dan menganggapi hal ini bukanlah bentuk sederhana yang dengan mudah untuk ditaati, sebab tidak semua pekerjaan mampu dilakukan di rumah saja, seperti pedagang pasar, petani, tukang kebun, atau (maaf) pengemis sekali pun. Aktivitas mereka banyak sedikit akan terganggu apabila dilakukan di rumah saja, sehingga bermunculan pelanggaran-pelanggaran mengenai menjaga jarak dan melakukan aktivitas di rumah saja tersebut.

            Perintah untuk di rumah saja juga berlaku dalam lembaga pendidikan. Sejak 16 April 2020, pembelajaran yang semestinya berjalan di ruang kelas dialihkan dalam bentuk daring (online) di seluruh struktur dan tingkat pendidikan. Seperti halnya dalam bidang sosial ekonomi, pada pendidikan pun banyak terjadi keluh kesah. Seperti: tidak memiliki fasilitas yang layak (smartphone atau perangkat elektronik yang lain), jaringan internet yang lemah terutama daerah pedalaman, biaya untuk paket data, kuantitas tugas yang sangat tidak sebanding dengan meningkatkan kualitas pemahaman peserta didik, bahkan tidak sedikit yang harus merasa pasrah dan memilih untuk masa bodoh dalam menanggapi pendidikan dengan sistem seperti ini.

            Akan tetapi, pasti terdapat hikmah dibalik setiap kondisi atau kejadian. Dan dibawah ini akan dipaparkan apa saja sih kemampuan yang akan dimiliki peserta didik apabila melakukan pembelajaran dengan sistem daring? Berikut penjelasannya.

  1. Menumbuhkan Rasa Empati
    • Secara tidak langsung, adanya pembelajaran daring mengakibatkan siswa satu dengan siswa lain berada dalam semesta yang sama. Mereka memiliki perasaan untuk berada pada apa yang dirasakan orang lain dan ikut memberikan solusinya.
    • Contonya, si A berada dalam wilayah terpencil sehingga jaringan internet yang ia miliki sangat lemah dan kurang mendukung, padahal ia harus mengumpulkan tugas sesegera mungkin sesuai waktu yang dijadwalkan. Teman-teman si A yang mengetahui hal ini, mereka membantu untuk menanganinya. Dengan mengabarkan guru perihal keadaan si A, mewakilkan untuk mengirimkan tugasnya, atau dengan mengulurkan rasa semangat secara virtual.
    • Adanya kondisi tersebut adalah untuk menghilangkan perasaan "bodo amat" terhadap pribadi orang lain, yang mungkin justru jarang didapat ketika pendidikan berbasis offline.  
  2. Menjalin Hubungan yang Baik antara Siswa dan Guru
    • Tidak semua siswa memiliki kamampuan komunikasi yang baik antar sesama, terlebih dengan guru. Banyak siswa yang masih merasa malu, tidak cukup berani dan bentuk kekhawatiran lain yang mengakibatkan terhambatnya komunikasi antara siswa dan guru. Akan tetapi, dengan adanya pembelajaran daring dapat melatih siswa untuk dipaksa dan antusias dalam berkomuniukasi dengan guru. Hal ini dapat dipicu dengan berbagai kondisi seperti mengirimkan tugas melalui pesan online, menanyakan materi, memenuhi absensi atau untuk sekedar mengabarkan bahwa kita sedang sakit.
    • Adanya pesan yang disampaikan kepada guru dan balasan guru kepada siswa dengan baik akan memberikan jalinan komunikasi yang baik pula, sehingga akan memengaruhi psikologi siswa untuk mengusir rasa malunya dan lebih memberanikan diri untuk berkomunikasi lebih lanjut.
  3. Menulis
    • Kemampuan menulis dengan baik dinilai menjadi sangat vital tidak hanya untuk keperluan melamar pekerjaan, tetapi untuk meningkatkan mutu seseorang. Siswa perlu memiliki minat dan kebiasaan menulis dengan baik, karena sebagian siswa justru merasa mudah memahami materi ketika melalui suatu bacaan. Hal tersebut sangat diterapkan pada pembelajaran daring ini. Mereka dipaksa untuk mengerjakan tugas yang membutuhkan banyak referensi dalam mengerjakannya, tentu tidak hanya meningkatkan minat menulis tetapi untuk memperluas wawasan. Selain itu, pada pendidikan di tingkat dasar pemberian tugas berupa menceritakan aktivitas ketika di rumah saja juga juga melatih kemampuan menulis sejak dini.
    • Dengan terbiasa menulis, kita dapat mengungkapkan pendapat atau argumen terkait suatu peristiwa dengan baik dan jelas, kemampuan tersebut untuk membantu pemahaman orang lain dan juga memberikan pengetahuan yang belum diketahui.
  4. Rendahnya Daya Saing dan Meningkatnya Rasa Tolong-Menolong
    • Persaingan yang ketat seringkali mengutamakan ego dalam diri seorang siswa. Ungkapan "aku harus bisa" dirasa bukan untuk tujuan meluasnya wawasan tetapi untuk menyingkirkan atau mengganti posisi teman. Bahkan buruknya bisa mengakibatkan seseorang untuk menghalalkan segala cara, seperti mencontek saat ujian, melihat kunci jawaban, menipu teman bahkan mengubah nilai demi suatu kebanggaan sementara.
    • Akan tetapi adanya pembelajaran daring dapat mengurangi hal tersebut, sebab masing-masing diri tergugah untuk saling bahu-membahu antara satu dengan yang lain, dengan melihat kondisi teman, latar belakang dan bentuk masalah yang lain menjadi pemicu untuk saling antusias dalam bantu-membantu.
    • Seperti saling membantu memahami suatu materi, mengerjakan tugas, mengumpulkan tugas, menjawab pertanyaan saat presentasi, atau absensi.
  5. Berpikir Kritis
    • Adanya perintah untuk beraktivitas di rumah saja tentu terkadang menimbulkan kebosanan, tetapi bagaimana pun kondisi psikis setiap orang, pembelajaran tetap akan berlanjut. Oleh karena itu, siswa dipaksa untuk tidak berada pada titik jenuh mengenai pikiran dan keadaan mental. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru dalam membentuk pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga mengundang siswa untuk timbal balik dalam menanggapinya.
    • Kondisi lain adalah semakin minimnya penjelasan yang diberikan ole guru kepada siswa sehingga mereka merasa terbebani dengan tugas yang justru tugas tersebut masih belum dijelaskan isi materinya. Akan tetapi keadaan tersebut sebenarnya bukan bentuk negatif, guru berniat agar siswa mampu mengembangkan metode belajarnya dengan caranya sendiri. Harapannya apabila datang sebuah persoalan, ia mampu menafsirkan persoalan tersebut dengan cara dan jalannya sendiri berdasarkan pengalaman yang ia miliki.
    • Oleh karena itu, betapa pentingnya berpikir kritis dengan modal mengeksplor wawasan, memperbanyak membaca dan berani berargumen untuk mengatasi krisis persoalan yang terjadi bahkan yang tidak terduga sekali pun.  

    • Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun