Mohon tunggu...
Reni Triasari
Reni Triasari Mohon Tunggu... -

Selalu berusaha untuk memberikan manfaat bagi sekitar

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hujan: dari 3G hingga SDSB

22 April 2010   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:39 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Musim hujan menghadirkan sesuatu dengan taste yang berbeda dibandingkan musim kemarau. Misalnya: ngopi sambil makan pisang goreng di musim hujan biasanya lebih nikmat, ngurus tanaman juga gak terlalu repot di musim hujan karena gak usah mikirin masalah siram-menyiram, trus tidur lebih nyenyak kalo lagi musim hujan. Musibah pun tak kalah hebat dibandingkan musim kemarau. Jika musim kemarau banyak kelaparan dan kekurangan air dimana-mana, banjir dan longsor adalah musibah di musim hujan yang belum bisa dielakkan hingga sekarang. Bahkan banjir tahun ini bisa dikatakan lebih parah dari tahun kemarin. Semoga musibah-musibah itu menjadi peringatan bagi kita semua. Tetapi ada hal yang sangat unik ketika musim hujan datang, apalagi ketika di pagi hari dimana semua orang baru memulai aktifitasnya. Saya rasa teman-teman semua pernah merasakan hal unik ini, apalagi sebagai pengendara motor. Berteduh adalah satu hal yang tidak pernah kita lakukan diluar musim hujan. Walaupun panasnya sangat terik di musim kemarau, tapi tidak satupun pengendara motor yang rela menghentikan laju kendaraannya karena hal tersebut. Tapi dipersilahkan bagi teman-teman yang ingin mencoba berteduh di musim kemarau akibat teriknya matahari :) Cerita ini saya dapatkan dari dua kesempatan kala berteduh di pinggir jalan. Cerita pertama ketika saya mendapati hujan di kantor teman. Pertanyaan iseng terlontar dari beliau, "Internet kamu di kantor pake apo ren ?", "Speedy", ujarku. "Wah...cepet ya pasti, enak tuh", "Alhamdulillah", jawabku. Dari percakapan itu muncul pertanyaan di benakku. Kantor temanku itu adalah salah satu kantor penyedia jasa internet (Internet Service Provider = ISP), tetapi kenapa dia menilai produk lain (Speedy) lebih baik dibandingkan produk mereka ?? Padahal kantor mereka memakai teknologi 3G yang katanya lebih cepat. Ternyata dari hasil diskusi...jaringan 3G kelemahannya terletak pada sistem sharing bandwidth yang kurang menguntungkan bagi pengguna layanan. Semakin banyak pengguna yang memanfaatkan BTS di satu lokasi, maka dijamin jaringan internet yang dipakai pengguna bakal "LEMOT". Secara sederhana, sistem sharing bandwidth ini bisa diibaratkan jika DSIM mendapatkan kue satu loyang. Otomatis kan seluruh staf seharusnya mendapatkan jatah kuenya masing-masing kan ? Semakin banyak jumlah staf artinya jatah kue tiap staf semakin berkurang. Nah...begitulah kurang lebih yang berlaku jika kita menggunakan ISP yang berbasis nirkabel (tanpa kabel). Contoh ISP nya seperti Flash, IM2, dan masih banyak lagi. Mohon maaf sebelumnya, ini bukan berarti memojokkan atau mendiskreditkan produk yang bersangkutan. Solusinya menurut kita ya tambah BTS dong... Walaupun biaya besar kan investasi, begitu menurut kita. Eh..ternyata menambah BTS hanya merupakan solusi sementara, toh bagian marketing akan selalu di push untuk menambah pelanggan baru. Jadi dijamin, kalau pengguna semakin banyak ya konsekuensinya kecepatan kita berinternet jadi terganggu. Hal ini berbeda jika kita menggunakan Speedy yang berbasis jaringan kabel. Kelemahan Speedy karena kurang mendukung pengguna yang mobilitasnya tinggi dan karena jaringannya dikendalikan secara terpusat, maka apabila ada sistem yang mengalami gangguan, maka hampir bisa dipastikan teman-teman yang menggunakan telkomnet instan atau speedy akan merasakan pahitnya sistem kabel. Maksudnya gangguan internet seharian secara serentak he.... Inti dari cerita pertama ini adalah semua sistem buatan manusia akan selalu ada celah kekurangannya, makanya ada yang dinamakan inovasi. Cerita kedua adalah cerita yang saya dapatkan dikala berteduh pada hari Rabu (3/3) lalu. Ketika saya memecahkan rekor waktu tempuh dari jakabaring - DSIM*) selama 1,5 jam, hal ini dikarenakan hujan deras yang mengguyur sebanyak tiga kali di jalan. Cerita kedua ini diiringi tiga kisah singkat yang hampir serupa. Kisah pertama yaitu cerita seorang Bapak tentang dukun yang bisa menggandakan uang. Logika berpikir Bapak itu sangat sederhana sekali, "Biasonyo...kalo uwong ado lokak lemak itu dak ajakan...kalo lokak saro ado nian nak ngajak seberoyot, kalo dio pacak beranakke duet...ngapo tubuh dewek dak kayo...Neh...Bengak nian kito galak dibudike dukun", begitu tuturnya. Sambil tertawa saya mengucap alhamdulillah, karena ternyata dosa besar syirik bisa dipahami mereka dengan logika. Alhamdulillah. Kisah singkat kedua tentang cerita si Ibu yang mengatakan bahwa sekarang, pencuri bukan hanya laki-laki, tapi dengan perempuan juga kita harus waspada. Dengan berapi-api sang ibu bercerita, "Betino cantik jugo maleng mak ini ari....ecak-ecak naek ojek terempak di tengah jalan dicampakkenyo selop di tengah jalan". Ditepaknyo lah punggung tukang ojek sambil ngomong sambil ngerayu, "Kak...tolong kak embekke selop aku kak, campak nah di tengah jalan". Dengan niat tulus (mungkin) sang ojek mengambilkan sandal penumpang wanitanya. Belum beberapa langkah berjalan, si wanita langsung memanggil tukang ojek sambil melambaikan tangan, "Dadah...kakak....". Ternyata...wanita itu dengan tega membalas budi baik tukang ojek dengan kejahatan. Hilanglah dalam sekejap motor sang tukang ojek. Air susu dibalas air tuba....Astaghfirullah hal 'adzhim.... Kisah terakhir adalah cerita seorang bapak yang dahulu korban "Buntut", bukan Buntut sapi yang dimaksud disini, tapi SDSB yang cukup terkenal pada era tahun 1980-an kalau tidak salah. Sejenis judi di zaman dulu lah bagi teman-teman yang belum tau he.... Sama seperti logika dukun tadi...si Bapak juga berkesimpulan, "Buyan nian wong dulu melok buntut tuh...kalo bepikir, madai wong yang jual buntut itu dak kayo-kayo. Mestinyo dio yang jual buntut pacak kayo jugo, kan kito dijanjike bakal jadi wong kayo kalo melok buntut nih...Aidah..", geram si Bapak. Mungkin kesal dengan kobodohannya pada waktu itu he.... Alhamdulillah si Bapak sekarang sudah sadar pikirku. Itulah sepenggal kisah unik dan menarik dari hal yang unik, yaitu "Berteduh" menunggu hujan reda. Semoga ada hikmah dan pelajaran yang bisa lebih memperkaya warna perjalanan kehidupan kita. Semoga bermanfaat. --- *) DSIM (Dompet Sosial Insan Mulia) : salah satu lembaga amil zakat dan pemberdayaan masyarakat yang berdomisili di Palembang, Sumatera Selatan (jejaring Dompet Dhuafa).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun