Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penolakan "Bunuh Diri" dan "Hukuman Mati" dalam Gereja Katolik

27 Oktober 2021   18:15 Diperbarui: 28 Oktober 2021   08:16 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi BD dan HM (Dok.Pri)

         Gereja Katolik Roma menolak bunuh diri dan hukuman mati dengan alasan apapun. Dasar biblisnya ialah berasal dari sepuluh perintah Allah yang menegaskan posisi Allah: "Jangan membunuh!" (Kel 20:13). Dari perintah ini jelas bahwa Allah tidak memperbolehkan manusia untuk membunuh diri sendiri ataupun orang lain. 

Hal ini disebut lagi di dalam Injil Matius 5:21 di mana ditegaskan perihal ajaran kasih. Bapa-bapa Gereja seperti Klemens dari Roma dan Yustinus Martir menegaskan bahwa mengambil nyawa manusia adalah bertentangan dengan Injil.

Penolakan Gereja Katolik terhadap bunuh diri dan hukuman mati berdasar pada penghormatan atas hidup manusia itu sendiri. Hidup manusia adalah luhur dan kudus. Allah sendiri memberi perintah agar melindungi hidup manusia. Dia meminta agar setiap orang menghormati dan mencintai hidup itu sendiri. 

Melepaskan hidup itu sendiri berarti menghukum diri dalam keadaan tanpa makna dan tidak bahagia, dan barangkali menjadi ancaman bagi hidup sesama. Sebab rambu-rambu yang menjamin sikap hormat terhadap hidup dan pembelaan hidup bagaimanapun juga telah dibongkar.

 Terlepas dari berbagai alasan bunuh diri dan hukuman mati, Gereja tak henti-hentinya menyerukan bahwa asal kehidupan adalah Allah Pencipta. 

Karena itu manusia bertanggung jawab memelihara hidup yang dipercayakan padanya. Sejak awal dikatakan bahwa manusia diciptakan secitra dengan Allah. Ini berarti manusia turut mengambil bagian dalam kekudusan, kemuliaan dan kebesaran Tuhan. 

Manusia diharapkan menjalani hidup dengan bertanggung jawab dan disempurnakan dalam cinta kasih, dan dalam relasi dengan Allah dan sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun