Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agama Adalah Proyeksi Diri Manusia Menurut Perspektif Ludwig Feuerbach

16 Oktober 2021   16:33 Diperbarui: 16 Oktober 2021   16:44 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ludwig Feuerbach adalah pemikir pertama yang memberi dasar ilmiah-modern bagi ateisme.[13] Cara  berpikirnya menjadi titik pangkal dalam berbagai bentuk ateisme.[14] Feuerbach mengatakan bahwa agama adalah hasil usaha manusia untuk mengembangkan diri dan untuk merealisasikan hakekat. 

Sehingga pendapat Feuerbach bahwa agama atau kepercayaan pada Allah merupakan proyeksi diri manusia ada benarnya juga.[15] Banyak kenyataan dalam hidup umat beragama tidak berdasarkan wahyu dari Allah, melainkan merupakan hasil kreativitas maupun kepicikan umat yang bersangkutan sendiri. 

Akan tetapi, kalau memang Agama (Allah) adalah hasil dari proyeksi diri manusia, bagaimana bisa dijelaskan bahwa hampir seluruh umat manusia percaya akan keAllahan? Padahal manusia sudah menjalin hubungan dengan Allah sejak manusia mulai mengenal Allah. 

Manusia adalah makhluk yang mempunyai dimensi transenden justru karena ia mempunyai jiwa sebagai prinsip unifikasi yang imaterial sifatnya dan terbuka secara tidak terbatas pada "Ada", bahkan pada "Ada Tertinggi", Allah sendiri.[16] Karena adanya dimensi inilah ia bisa menyadari, mengalami hal-hal yang melampaui pengalaman empiris-indrawi melulu. 

Maka, pertanyaan apakah ada Allah atau tidak? Allah memang ada dan masuk akal bahwa manusia menyembah, memuji, dan memohon bantuan Allah, karena Allah pencipta segala apa yang ada di dunia ini dan tidak mungkin menjauhkan manusia dari dirinya sendiri yang berdasar pada Allah. 

Jadi, pernyatan Feuerbach bahwa agama adalah sekedar proyeksi manusia, tidak dapat dipertahankan, karena bisa saja ada proyeksi, dan bisa saja ajaran suatu agama hanyalah cerminan cita-cita, atau prasangka-prasangka manusia, tetapi hal itu tidak dengan sendirinya. 

Yang khas bagi pengertian tentang Allah adalah bahwa Allah itu tak terhingga. Tidak mungkin bahwa unsur "tak terhingga" itu merupakan proyeksi hakekat manusia, karena dalam hakekat manusia ketak-terhinggaan tidak ada. Apakah Allah dapat dipikirkan kecuali karena kita secara nyata tersentuh oleh realitas-Nya? 

Jadi teori proyeksi justru gagal menjelaskan yang paling hakiki dalam pengalaman agama: Bahwa manusia beerhadapan dengan realitas tak terhingga. Oleh karena itu, teori Feuerbach mempunyai kelemahan-kelemahan yang cukup serius. 

Dalam teorinya, ia tidak dapat menjelaskan bagaimana manusia bisa membentuk konsep pengada yang tak terhingga dan "maha" dalam segala-galanya, padahal tak ada konsep ketak-terhinggaan dalam pengalaman empiris manusia.

5. Kepustakaan/Catatan Kaki

[1] Franz Magnis-Suseno, Menalar Tuhan ( Yogyakarta: Kanisius, 2006),  hlm. 65.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun