Mohon tunggu...
Frater Milenial (ReSuPaG)
Frater Milenial (ReSuPaG) Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka belajar tentang berbagai hal
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jika Anda tidak mampu mengerjakan hal-hal besar, kerjakanlah hal-hal kecil dengan cara yang besar (Napoleon Hill)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Motivasi Panggilan Menjadi Imam

10 Desember 2020   07:00 Diperbarui: 10 Desember 2020   07:05 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi (Frater Milenial)

         Bagi saya panggilan untuk menjadi Imam itu sangat mulia dan sungguh Agung. Keagungan itu tampak dalam penghayatan iman saya diberbagai kehidupan rohani terutama pada Ekaristi Maha Kudus. Ekaristi Maha Kudus adalah sebagai puncak dan pusat hidup umat beriman. Maka, untuk menjadi imam haruslah dihidupi dengan sungguh-sungguh kehidupan rohani ini, karena inilah sebagai puncak dan pusat kehidupan saya. Sebagai imam harus membentuk diri serta melatih diri dalam penghayatan hidup rohani dengan baik agar penghayatan iman itu sungguh menjadi sakral bagi iman saya kepada Yesus Kristus.

Gereja sebagai persekutuan umat beriman, imam ditempatkan dalam kerangka seluruh umat beriman yang mengemban imamat Yesus Kristus (bdk. Lumen Gentium, 10). Dengan tahbisannya imam disucikan untuk menyerupai Kristus Sang Agung (bdk. Ibr 5:1-10). Ia diutus untuk mewartakan Injil serta mengembalakan kaum beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi sebagai imam sejati Perjanjian Baru (LG, 28). Ia menampilkan fungsi Kristus sebagai Nabi, Imam dan Gembala, demi pembangunan umat Allah, Tubuh Kristus dan Kenisah Roh Kudus (Presbyterorum Ordinis, 1).

Dengan ini, saya dituntut untuk semakin memperkuat motivasi panggilan, agar kelak saya menjadi imam yang baik dan dapat menyerupai Kristus Sang Imam Agung. Yang menjadi tujuan utama saya sebagai Imam kelak adalah ikut ambil bagian dalam tugas Trimunera Christi yaitu Nabi, Imam dan Gembala. Mewartakan Injil Tuhan, mengembalakan umat Allah dan merayakan Sabda Allah merupakan menjadi tuntutan bagi seorang Imam. Maka untuk itu, saya harus lebih memperkuat dan memperdalam motivasi panggilan saya sebagai calon Imam yang akan menjadi Imam kelak. Sebagai calon imam Diosesan, saya juga harus sungguh-sungguh menghayati ketiga Nasehat Injili, yaitu:

1.  Ketaatan adalah taat berarti tunduk dan patuh terhadap perintah atasan, yaitu Bapa Uskup. Taat berarti siap diutus dan mengatakan "ya" kepada pengutus. Dalam ketaatan tidak ada unsur suka atau tidak suka. Kemanapun saya diutus harus mengatakan selalu siap. Ketaatan merupakan sebuah nilai yang sangat istimewa dalam hidup berkomunitas. 

Artinya sebagai imam Diosesan, adanya ketaatan kepada Bapa Uskup dan terlebih-lebih menunjukkan ketaatan yang sangat besar kepada Yesus Kristus. Seperti Yesus Kristus menunjukkan ketaatan-Nya kepada Allah Bapa. 

Yesus Kristus adalah teladan. Ia taat kepada Bapa. Begitu juga dengan saya sendiri harus taat pada Yesus Kristus, karena hanya Dialah satu-satunya sebagai teladan ketaatan yang sempurna. Dari ketaatan inilah saya dibentuk secara pribadi untuk menjadi seorang imam yang baik. Kebebasan yang telah saya miliki adalah ya ... bebas tapi terikat. Maka, menghayati nilai ketaatan selalu dikaitkan dengan keyakinan akan nilai, tuntutan kebersamaan dan kesatuan dalam komunitas.

     2.  Kemiskinan amat sulit dinilai secara hitam-putih. Kenyataannya bahwa menghayati kemiskinan ini, khususnya para calon imam maupun para imam berbeda-beda cara pandangannya atau cara penghayatannya masing-masing. Ada yang menghayati hidupnya pas-pasan, ada yang bersahaja lahir batin. Bagi saya, kemiskinan itu harus dihayati sebagaimana Yesus telah menunjukkannya, yaitu untuk mencintai orang-orang miskin. Saya harus belajar untuk mencintai apa adanya dalam karya pelayanan pastoral nanti, baik itu suka maupun tidak suka.

     3.  Kemurnian adalah menghidupi selibat. Kekhususan dan keutamaan para calon imam maupun para imam adalah menghidupi selibat. Dalam hal ini, memang perlu kewaspadaan, kewajaran dan kebijaksanaan. Maka tidaklah mudah diungkapkan secara gamblang. Namun, sebagai calon imam terkhusus saya sendiri, saya mencoba menghayati dan menghidupinya dengan segala kelemahan dan keterbatasan saya. Hidup selibat merupakan sebuah perjuangan yang tak pernah selesai. Maka, saya akan terus menerus untuk menghidupi selibat ini, karena inilah sebuah tanda bukti dan cinta kasih saya kepada Allah.

Pelayanan imam bagi Gereja dalam dunia ditampakkan dalam kesaksian hidup sebagai nabi, imam dan gembala. Fungsi kenabian seorang imam terkait erat dengan tugas perutusannya untuk mewartakan Injil bagi semua orang. Dengan mengamalkan kurnia Roh Kudus, imam sebagai anggota umat Allah menghantar umat kepada Tuhan dengan mewartakan misteri Kristus dan berbagi pengalaman imannya dengan sesama. 

Dengan demikian, saya harus lebih belajar hidup menurut cita-cita Injil, yang saya diteguhkan dalam iman, harapan dan cinta kasih, agar dengan mengamalkannya saya memperoleh semangat doa dan peneguhan dalam panggilan saya. Selain itu, saya juga harus menumbuhkan pengharapan terhadap pelayan Kristus, yaitu kejujuran, kesetiaan, sopan santun dalam perilaku dan kesederhanaan dalam berbicara yang disertai dengan cinta kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun