1. Hidup Bersama dan Bersedia Dibentuk oleh Orang Tua-Nya
Injil tidak berkisah mengenai masa kanak-kanak Yesus. Sisi kehidupan Yesus yang dibentangkan dalam Injil hanyalah beberapa peristiwa seputar masa remaja dan masa muda Yesus. Di antara beberapa kisah mengenai masa remaja dan masa muda Yesus. Penginjil Lukas melukiskan bahwa Yesus menjalani masa remaja dan masa mudanya secara penuh setelah Dia ditemukan di Bait Allah (berusia 12 tahun) dan kembali ke Nazaret bersama kedua orang tua-Nya.
Selama menjalani kehidupan bersama dalam keluarga-Nya, Yesus membiarkan diri-Nya dibentuk oleh kedua orang tua-Nya. Dia tunduk dan taat kepada mereka. Dia pun mengalami pertumbuhan manusiawi dari kecil hingga dewasa sebagaimana dialami oleh semua orang muda pada umumnya. "Dia bertumbuh menjadi seorang remaja dan seorang pemuda. Dia "makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Luk 2:52).
Dalam asuhan dan pembentukkan kedua orang tua-Nya, Yesus bertumbuh sebagai manusia, baik dari sisi fisik, mental maupun spiritual. Dalam kehidupan religius-spiritual, Yesus diperkaya oleh kedua orang tua-Nya dengan tradisi iman dan budaya nenek moyang-Nya. Yesus pun menunjukkan kedalaman kehidupan spiritual-Nya dengan membangun relasi yang mendalam dengan Allah, Bapa-Nya sebagai Anak yang dikasihi. Patut ditegaskan bahwa semua proses yang dilalui Yesus di masa muda-Nya menghantar-Nya kepada pembentukan relasi-Nya yang mendalam dan intens dengan Allah, Bapa-Nya dalam diri orang tua, keluarga dan semua orang yang berada di sekitar kehidupan-Nya.
Relasi yang dibangun oleh Yesus bersama Bapa-Nya dalam keluarga-Nya dan orang-orang di sekitar-Nya menjadi teladan kemudaan bagi orang muda. Dalam diri-Nya, mereka dapat membangun relasi yang mendalam dengan Allah Sang pemberi terang kemudaan sejati dalam diri orang tua, saudara-saudari dan orang-orang yang berada di seputar kehidupan mereka. Pengalaman Yesus bersama kedua orang tua dan keluarga-Nya menegaskan kepada orang muda bahwa "Yesus tidak dibesarkan dalam hubungan yang tertutup dan eksklusif bersama Maria dan Yosef.Â
Dia berinteraksi dengan keluarga-keluarga yang lebih luas, dengan sanak-kerabat dan teman-teman mereka." Teladan Yesus ini menjadi terang bagi orang muda zaman ini untuk selalu berada bersama keluarga dan bersedia dibentuk oleh orang tua. Nilai-nilai yang ditampakkan Yesus menjadi dasar kehidupan bagi orang muda, terutama bersedia dan terbuka untuk dibentuk oleh keluarga, komunitas dan lingkungan sekitarnya agar mereka menjadi pribadi yang penuh sukacita dan harapan.
2. Setia dan Taat kepada Allah, Bapa-Nya
Yesus adalah orang muda di antara yang orang-orang muda. Dia adalah teladan kekudusan dan kemudaan bagi orang muda. Sebagai orang muda, Yesus menyatakan kebebasan-Nya dalam kesetiaan dan ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya. Dia menyatakan diri-Nya sebagai Anak yang sangat dikasihi Bapa-Nya dan ditarik oleh Bapa-Nya untuk bertumbuh dan berkembang dalam kemudaan-Nya dengan melakukan pekerjaan-Nya. Bagi-Nya, melakukan pekerjaan Bapa merupakan wujud ketaatan dan kesetiaan-Nya kepada Bapa-Nya.Â
Dia melakukan pekerjaan Bapa-Nya, bukan hanya melalui kata-kata, melainkan juga melalui sikap, tindakan, dan perbuatan-Nya. Semua orang yang mendengarkan perkataan-Nya yang berwibawa dan melihat tindakan-Nya yang penuh kuasa terdecak kagum dan berkata, "Semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka; Bukankah Ia ini anak Yusuf? (Luk 4:22).
Yesus mengawali karya-Nya, yaitu melakukan pekerjaan Bapa-Nya di usia-Nya yang masih sangat muda. Dia tampil di kerumunan orang banyak di tepi sungai Yordan dan memberikan diri-Nya dibaptis oleh Yohanes, sepupu-Nya. Pada momen pembatisan-Nya ini, Allah menyatakan dan meneguhkan martabat-Nya Mesias. Sejak saat ini juga, Dia menyatakan ketundukkan dan ketaatan-Nya untuk melakukan kehendak Bapa-Nya demi keselamatan manusia.
Pembaptisan-Nya merupakan wujud persembahan diri, kemudaan dan kehidupan-Nya sebagai Orang Muda untuk melaksanakan misi agung Allah dalam kehidupan-Nya. Persembahan hidup-Nya dalam usia muda pada peristiwa pembaptisan menjadi alasan-Nya bersukacita karena perkenaan Allah, Bapa-Nya atas diri-Nya. Dia diteguhkan sebagai Putera Terkasih dari Allah sendiri: "Engkau adalah Anak-Ku yang Kukasihi" (Luk 3:22).Â