Â
Allah adalah Bapa yang Mahakudus. Manusia diciptakan (lahir, keluar, berasal dari) oleh Allah yang Mahakudus. Karena itu, manusia pada hakekatnya kudus dan dipanggil kepada kekudusan. Inti panggilan ini merupakan tuntutan hakiki bagi manusia. "Jadilah kudus, karena Aku kudus" (Im 11:44 ; 1 Pet 1:16).Kekudusan manusia berasal dari Allah yang Mahakudus. Allah yang Mahakudus tidak menghendaki agar kekudusan itu hanya menjadi milik-Nya dan tinggal dalam diri-Nya. Allah justru menghendaki agar manusia ambil bagian dalam kekudusan-Nya supaya manusia bisa bersatu dengan-Nya.Â
Karena itu, Allah yang Mahakudus memberdayakan manusia dengan rahmat-Nya agar manusia mampu melihat dan menemukan jalan-Nya, tidak berpaling dari-Nya serta memberikan yang terbaik dari diri dirinya dengan membuahkan karunia-karunia pribadi yang ditempatkan Allah di dalam hatinya (bdk. 1Kor 12:7). Keinginan Allah agar semua manusia ambil bagian dalam kekudusan-Nya dinyatakan dengan penganugerahan Roh-Nya sendiri untuk menguduskan manusia, ciptaan-Nya. Karena rasio iman inilah, maka semua manusia dari hakikatnya adalah kudus.
Berkenaan dengan landasan iman ini, Paus Fransiskus menegaskan bahwa karena hakikat manusia adalah kudus, maka panggilan kepada kekudusan merupakan panggilan fundamental bagi semua manusia. Manusia adalah ciptaan Allah yang kudus, dikuduskan oleh Allah dan akan kembali pada gambar aslinya, yaitu kepada Allah yang Mahakudus. Jalan yang harus diikuti oleh manusia menuju kekudusan adalah jalan Sang Guru, Yesus Kristus. "Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup" (bdk Yoh 14:6). Dalam Dia, manusia dilahirkan kembali dan diilahikan berkat kekuatan Roh-Nya dan dalam kesetiaan kepada-Nya, manusia diberdayakan untuk menghayati kekudusan dan menjadi kudus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H